Teropongindonesianews.com
Polisi perwira menengah di antara foto kami itu adalah AKBP Ganis, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Sabtu, 7 Agustus 2021, saya dan pengurus Komunitas Jurnalistik Jawa Timur bertemu dengan pimpinan di wilayah hukum Pelabuhan Tanjung Perak. Itu justru pertemuan di penghujung masa bakti Ganis.
Awal pekan depan, tongkat komando dengan gambar dua melati itu akan berpindah. Estafet akan dilanjutkan oleh AKBP Anton, yang sebelumnya menjabat sebagai Kabagops Polrestabes Surabaya. Anton hanya berpindah kantor dan hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari kantor lama. Masih dalam wilayah Pemerintahan Kota Surabaya.
Bertemu dengan Ganis itu terjadi justru di akhir masa tugasnya. Bukan di awal kepemimpinan di mako yang ada di Jalan Kalianget tersebut. Itu karena kami memang Komunitas Jurnalis Jawa Timur.
Bagi beberapa pejabat, sosok jurnalis sudah menjadi momok. Jurnalis digambarkan sebagai sosok lusuh dengan atribut rompi dan juga berkalung ID card. Belum lagi sosok jurnalis yang digambarkan sok tahu dan kadang juga sok-sokan. Mau menang sendiri. Arogan. Itu gambaran sebagian orang terhadap jurnalis.
Padahal kami adalah komunitas jurnalis. Artinya, kami adalah sekelompok jurnalis yang membentuk organisasi. Sosok jurnalis sudah menjadi momok bagi sebagian orang terlebih ini komunitas. Banyak jurnalis yang bergabung dengan komunitas ini.
Padahal, kami (KJJT) berusaha memaksimalkan potensi diri dan menjaga kehormatan profesi. Kami sendiri juga tidak mau sosok kami menjadi momok. Momok yang menakutkan dan membuat banyak orang jengah. Jengah bertemu dengan jurnalis dan juga jengah berkawan.
Komunitas Jurnalis sudah menjadi momok yang berlipat. Padahal masih ada lagi. Jawa Timur. Lebih dikenal singkat KJJT. Terbayang betapa besar momok yang diciptakan dari Komunitas Jurnalis Jawa Timur. Padahal kalau kami jujur, justru itu menjadi boomerang bagi kami. Bersama Ketua Umum Komunitas Jurnalis Jawa Timur, Ade. Bersama-sama harus menepis dan berjuang semaksimal mungkin biar profesi kami tidak menjadi momok.
Kami sekelompok jurnalis yang memang sengaja membentuk wadah belajar. Belajar peningkatan skill kejurnalistikan dan juga etika. Etika pergaulan dengan sesama atau dengan narasumber. Termasuk ajang diskusi dan saling belajar terkait dengan hukum.
Sering kami berdiskusi tentang kriminalisasi terhadap jurnalis. Kekerasan fisik maupun psikis yang dialami. Kami tetap membedakan secara fair apakah rekan kami itu sedang menjalankan tugas jurnalistiknya.
Selama ini, kami lebih sering bergerak secara mandiri. Secara patungan. Maksud saya, mereka-mereka yang urunan, saya yang menjadi patungnya. Hehe..
Kembali ke sosok Ganis. Sekilas memang polwan dengan pangkat pamen yang akan berpindah tugas ke Bareskrim Mabes Polri adalah sosok yang humble. Sepanjang pengabdiannya, banyak kisah dan bukti kepedulian kepada warga di wilayahnya. Saya tidak memuji karena andai itu pujian juga percuma. Ganis sudah akan pindah tugas. Hanya tinggal beberapa puluh jam saja. Kalau niat memuji tipu-tipu, tentu kami bertemu dengan Ganis di awal masa baktinya.
Untuk Ganis, kami tidak ikut menyambut, Tapi kami turut melepas. Selamat melanjutkan tugas.
(KJJT/Santoso/Red)