Teropongindonesianews.com
Sumenep – Jika kita menyebut nama Madura, yang terbersit pertama kali dikepala Kita adalah Jembatan Suramadu, atau Karapan Sapi, atau celurit khas Madura sendiri. Madura memang memiliki kekayaan kesenian tradisional yang amat banyak, beragam dan amat bernilai. Dalam menghadapi dunia global yang membawa pengaruh materalisme dan pragmatisme, kehadiran kesenian tradisional dalam hidup bermasyarakat di Madura sangat diperlukan, agar kita tidak terjebak pada moralitas asing yang bertentangan dengan moralitas lokal atau jati diri bangsa.
Sebagai Warga Negara Indonesia harus mengenal setiap budaya yang ada di Negara kita, termasuk budaya Madura, bahkan yang akan dan telah punah. Pengenalan terhadap berbagai macam kebudayaan Madura tersebut akan diharapkan mampu menggugah rasa kebangsaan kita akan kesenian daerah.
Madura dikenal sebagai wilayah yang tandus namun kaya akan kebudayaan. Kekayaan budaya yang terdapat di Madura dibangun dari berbagai unsur budaya baik dari pengaruh animisme, Hinduisme dan Islam. Perkawinan dari ketiga unsur tersebut sangat dominan mewarnai kebudayaan yang ada. Dalam perkembangannya berbagai kesenian yang benafaskan religius, terutama bernuansa Islami ternyata lebih menonjol.
Keanekaragaman dan berbagai bentuk seni budaya tradisional yang ada di Madura menunjukkan betapa tinggi budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Kekayaan seni tradisional yang berisi nilai-nilai adiluhur yang berlandaskan nilai religius Islami seharusnya dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda sebagai penerus warisan bangsa.
Kesenian tradisional adalah aset kekayaan budaya lokal yang akan mampu melindungi generasi muda dari pengaruh negatif era globalisasi. Pengaruh budaya global yang demikian gencar melalui media elektronik dan media cetak menyebabkan generasi muda kehilangan jati diri. Dengan mengetahui kebudayaan lokal diharapkan generasi muda mampu menggali potensi kekayaaan seni tradisional sekaligus melestarikannya.
Sanggar Tari Nayugo Bintang Kuning pimpinan Ellyanto yang berdiri sejak tahun 1952 di Madura menjadi sebuah kesenian yang kesenian Madura yang juga sangat di perhitungkan, hal ini di karenakan memiliki pengiring musik yang sangat kompleks dan serbaguna yang mampu menghadirkan nuansa sesuai dengan kepentingannya. Seni Tari tersebutberasal dari Desa Rambasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
Jenis seni tari tersebut bisa membuat kagum para penikmat Musik Sanggar Tari Nayugo Bintang Kuning pimpinan Ellyanto yang memiliki Keunikan dari tarian ini disebabkan karena tarian ini merupakan sebuah penggambaran prosesi yang utuh dari kehidupan seseorang. Dijalin dan dirangkai dalam gerakan-gerakan yang sangat indah, lemah-lembut, dan lemah gemulai bahkan bisa juga Tarian ini diciptakan oleh seorang penari handal menjadi Tarian yang mengarah pada Modernisasi.
Bentuk kesenian Sanggar Tari tersebut adalah aset kekayaan budaya lokal yang akan mampu melindungi anak bangsa dari berbagai hantaman budaya global. Pengaruh budaya global memang saat ini demikian gencarnya, mengalir dari berbagai pintu media massa, sehingga menyebabkan generasi muda kehilangan jati dirinya. Kekayaan seni budaya yang dimiliki oleh suku bangsa di Indonesia lambat laun akan punah, hal itu disebabkan oleh ketidakacuhan dari berbagai unsur, baik pihak pemerintah daerah, instansi pemerintah, tokoh formal maupun informal, masyarakat ataupun kaum generasi muda.
Pada intinya Penampilan seni tradisional Sanggar tari ini mampu memikat, memukau dan menghipnotis serta menimbulkan decak kagum para penonton, begitu hangat sambutan masyarakat terhadap kesenian Sanggar Tari Nayugo Bintang Kuning yang di dalamnya di mainkan langsung oleh Ellyanto dibantu dengan Imam Kuswedi yang di beri Julukan Dawar Wulan dan juga Juru Gendang Mulyadi serta Ram dan Amilullah selaku Penata Nayugo yang juga Salah satu Anggota Media Online TIN benar – benar akan meneruskan warisan budaya yang juga sering menerima undangan dari berbagai kalangan.
SAWIN