Teropongindonesianews.com
Mengadu nasib di ibu kota
Tamatan SMA, bekerja apa saja
Anak pertama dari tiga bersaudara
Anak yang dibesarkan bukan dengan gelimang harta Said Abdullah namanya, asli Madura.
Sejak SMP kelas 2 pikirnya terus berbuah
Dibawah bendera revolusi dan sarinah
Dikantonginya kemana mana
Ia tak ingin begini begini saja
Mewarisi kegundahan yang entah kemana.
Ia gigih tak mau menyerah
Meski berat,tapi tekad lebih bulat dan lebih berurat Seperti kata Soekarno,
“Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, Merdeka atau Mati”!
Said berangkat,dengan ribuan doa melekat
Hari hari di atas sajadah
Ibundanya bersimpuh,
Menengadahkan kedua telapak tangannya melangitkan doa hingga langit ketujuh
Melesat tepat ditengah
Lirih tapi selalu.
“Ya Allah, lindungi anakku dan luaskanlah rejekinya”, pintanya selalu
Kadang dengan airmata membandang, mengalir hingga dzikir dan puasa adalah salah satu sebab berdiri tegap.
Cinta dan Citanya haruslah bersama
Hingga waktu tiba, jadi wakil Madura di Senayan Jakarta.
Dari yang bersepatu hingga yang bersandal jepit.
Dari yang bergelar ini itu hingga yang memakai celurit.
Adalah semua saudara
Adalah semua bhinneka tunggal ika.
Empat periode dipercaya
Mengemban tugas dan amanah
Dapil Madura dari PDI Perjuangan
Dari anggota DPR RI hingga sekarang Ketua Banggar RI.
Adalah perjuangan adalah mengisi kemerdekaan adalah merawat kemanusiaan adalah menjalankan kebijak bajikan.
Pada 22 Oktober terjaga, hingga tulang dipadatkan jadi baja.
Angka-angka tak hanya hitung-hitungan belaka.
Tetaplah tegap melangkah
Meski pandemi masih hadir menebar nestapa,
Teruslah berpijak, ambillah keputusan yang bijak dan merakyat
Tak ada yang sempurna kecuali purnama.
Mari sepakati bersama, bahwa semangat yang mengakar adalah diri yang tak akan pernah redup apalagi mati!
Selamat Ulang Tahun, Buya Said Abdullah,
Tetaplah bercahaya hingga darah dan merah tetap terjaga.
Penulis:Samad