TeropongIndonesiaNews.Com
Golewa Barat-Ngada – Kopi Arabika Bajawa merupakan kopi berkualitas premium. Selain itu pula pemasarannya sudah sampai ke Eropa dan Amerika, bercita rasa khas, dan diolah secara alami.
Namun demikian, akhir-akhir ini muncul beberapa postingan di Facebook yang mengungkapkan kecemasan tentang keberadaan Kopi Arabika Bajawa yang tengah berada pada situasi kritis akibat dari mati atau mengeringnya tanaman pelindung kopi.
Untuk itu, media ini mencoba menelusuri lebih lanjut ke masyarakat petani kopi dan Unit Pengolah Hasil Kopi menyangkut isi kecemasan tersebut. Kami menghubungi pengurus UPH FLOBAMORA yang terdiri dari Bapak Longginus Tua, Bapak Nikolaus Wede Neno, Bapak Wilhelmus Ria, dan Ibu Veronika Dhone, yang masing-masing sebagai ketua, bendahara, sekretaris, dan pengurus unit pemasaran yang berada di wilayah Kecamatan Golewa Barat.
Bapak Nikolaus Wede Neno selaku Bendahara UPH FLOBAMORA yang berdiri sejak tahun 2014 ini menyatakan, “Selama delapan tahun beroperasi, baru dua tahun terakhir ini mengalami penurunan hasil panen kopi”.
Lebih lanjut Nikolaus menuturkan, “Untuk hasil panen kopi tahun ini dari UPH Flobamora hanya mendapatkan tiga ton saja, dikarenakan mutu buah kopi yang kurang memuaskan atau banyak biji hampa. Ini disebabkan oleh bencana yang membuat banyak tumbuhan penaung atau pelindung yang selama ini menaungi kopi, daunnya banyak yang gugur dan mengering, yang mengakibatkan banyak pohon dan buah kopi menjadi kering”.
Ketika menghubungi beberapa petani kopi di Desa Rakalaba, Kecamatan Golewa Barat, mereka mengeluhkan kondisi yang sama, yakni menurunnya hasil panen kopi, yang diakibatkan karena mengeringnya tumbuhan penaung atau pelindung kopi. Dan pada akhirnya mereka mengharapkan campur tangan pemerintah untuk dengan sigap mengatasi kondisi ini, mengingat tidak sedikit petani yang telah mengalihkan perkebunan kopi mereka menjadi perkebunan sayur-sayuran.
Tarsi