Teropongindonesianews.com
Konstelasi dan kontestasi politik dan demokrasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Wokowoe, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo yang akan digelar 17/11/2021 makin menyita perhatian dan energy masyarakat.
Sejak ditetapkan, 09/10/2021, para konduktor politik alias kandidat terpilih makin piawai memainkan orkestrasi dan strategi politik. Yohanes Goa (Nomor Urut 1), Fidelis Moi (Nomor Urut 2 dan Salomon Legho (Nomor urut 3) adalah para kontestan yang telah ditetapkan panitia.
Walaupun pelaksanaan kampanye dan sosialisasi Visi-Misi yang dijadwalkan dari tanggal 11-13/11/2021 belum dimulai, tapi silaturahim, menemui sahabat, kenalan dan keluarga sudah dimulai oleh konstestan sebagai strategi orkestrasi politik klasik menaikan popularitas dan eleKtoral kandidat ke tengah masyarakat.
Namun ajang akbar lima tahunan di tingkat desa itu bukan hanya sekedar gelanggang pentas orkestrasi politik para kandidat memenuhi hasrat menjadapatkan jabatan kepala desa. Bukan juga agar kandidat mendapatkan simpati masa, memenangkan hatinya lalu menggenggam kemenangan.
Pilkades Wokowe tidak juga hanya kisah tentang peluang bagi masyarakat untuk menentukan Kepala desanya. Juga bukan hanya kisah tentang prasyarat formal memenuhi hasrat berkuasa dan prosedural Pemilihan Kepala Desa. Bukan pula sekedar momentum muncul, lalu terpilihnya seorang Kapala Desa dari tiga kontestan, kemudian selesailah sudah hajatan politik dan demokrasi kita.
Pilkades Wokowoe sebagai wujud konrit demokrasi juga tidak hanya momentum pilah-memilah dan pilih-memilih para kandidat untuk jadi pemimpin. Tapi keseluruhan pola pikir, tindakan dan kerangka nilai yang berorientasi pada kedaulatan rakyat.
Pilkades Wokowoe harus bisa menorehkan sejarah karena berbudaya, beradab dan memiliki marwah dalam seluruh proses pentahapan dan saat pemilihan serta terciptanya sportifitas di antara para kontestan dan di tengah masyarakat.
Pilkades Wokowoe mesti bisa mengisahkan dan dikisahkan lalu disaksikan sebagai sebuah pertarungan kemenangan dengan keadaban.
Kemenangan dengan keadaban adalah kemenangan yang dalam seluruh proses pentahapan, seleksi, penetapan dan pada hari pemilihan jauh dari cara-cara dan praktek-praktek kolusi, korupsi dan nepotisme. Masyarakat akhirnya belajar dan menemukan nilai-nilai ideal berupa kejujuran dan keadilan yang bermuara pada martabat dalam kontestasi politik tersebut.
Melahirkan Pemimpin Dengan Visi-misi dan strategi
Melahirkan Pemimpin/Kades terpilih dengan visi-misi dan strategi pembangunan bagi masyarakat, memiliki rekam jejak kehidupan dan kesehatan jiwa-raga yang mumpuni, kapasitas memadai dengan integritas moral yang tinggi adalah harapan bersama. Karena itu masyarakat Wokowoe mesti jernih dan selektif dalam memilih pemimpinnya.
Pemimpin yang memiliki visi, misi, strategi dan program-program yang jelas, membumi dan terukur, selain sehat jasmani, rohani dan rekam jejak kejiwaan yang baik, mungkin menjadi alternatif pilihan yang tepat bagi masyarakat. Kejernihan masyarakat Wokowoe dalam memilih akan sangat menentukan bagaimana wajah desa Wokowoe nanti.
Pemimpin yang memiliki visi adalah dia yang tahu arah ke mana masyarakatnya harus berjalan. Dia yang tahu arah dan berjalan bersama masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih adil, lebih aman dan damai dalam seluruh pembangunan dan kerja-kerja pelayanannya sebagai kepala desa.
Ajang Pilkades tersebut adalah peluang bagi masyarakat Wokowoe untuk menentukan siapa calon pemimpin yang sesungguhnya memiliki totalitas dalam pemikiran, visi dan strategi atau mimpi-mimpi besar yang sungguh didambakan masyarakat yakni keadilan dan kesejahteraan.
Karena itu kontestasi ini harus juga dimaknai sebagai salah satu ajang selebrasi adu visi dan strategi para kontestan/kandidat agar masyarakt Wokowoe bisa secara gamblang dan dengan pasti menentukan siapa sesungguhnya calon pemimpin yang mampu menorehkan sejarah dan menghasilkan prestasi fenomenal bagi masyarakat.
Masyarakat Wokowoe tentu mengimpikan seorang pemimpin (Kades) yang akan selalu menginspirasi mereka dan bawahannya untuk bermimpi lebih besar, belajar lebih banyak, bekerja lebih keras, dan ingin masyarakatnya menjadi lebih baik atau lebih sukses.
Dan ini hanya dipunyai oleh calon pemimpin yang selalu memancarkan harapan masa depan yang lebih baik kepada rakyat yang dipimpinnya.
Ken Blanchard mengatakan; “Leadership begins with a clear vision” (Kepemimpinan bermula dengan sebuah visi yang jelas). Calon Kades yang tidak mempunyai visi yang jelas hanya menjadi seorang yang penuh kebimbangan dalam melangkah.
Ia juga tidak bisa memfokuskan sepenuhnya daya dan upaya ke arah yang benar untuk meraih yang terbaik bagi kepentingan masyarakat atau bawahan yang dipimpinya nanti.
Oleh karena itu Pilkades Wokowoe harus bisa melahirkan seorang Kades yang memiliki mimpi-mimpi besar yang jelas, terukur, terarah dan mampu merumuskan mimpi-mimpi besar itu ke dalam suatu visi dan misi yang jelas sebagai target yang harus dicapai. Visi bicara tentang cita-cita ideal perjuangan. Misi bicara tentang cara/tindakan mewujudkan cita-cita. Dan program merupakan praksis dari visi dan misi.
Kades yang terlahir itu adalah dia yang mempu mewujudkan visi-misinya dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bersama masyarakat demi tercapainya keadilan, kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kades yang memiliki visi selalu ada peluang, ada harapan dan ada solusi di tengah ketidakpastian dan kesulitan.
Pilkades Dengan Keadaban
Kades Wokowoe harus lahir dari Pilkades yang bebas dari “money poltics”/politik uang dan iming-iming lainnya. Pilkades yang berberadaban adalah sebuah pemilihan yang mampu membuat masyarakat merdeka menentukan sikap dan menjatuhkan pilihannya dengan hati bersih dan akal jernih. Uang dan iming-iming lainnya bukan “makanan demokrasi” dan “gizi politik” bagi pendewasaan politik dan demokrasi.
Uang, harta, jabatan dan iming-iming lainnya adalah penyakit kronis dan wabah bagi politik dan demokrasi yang membahayakan kedaulatan rakyat. Kemenangan para kandidat terpilih harus diraih dengan cara-cara halal dan bermaratabat. Jabatan dan kemenangan bukan tujuan.
Menorehkan sejarah dan memiliki komitmen bersama bahwa hajatan politik dan demokrasi lima tahunan itu lebih bermartabat, lebih berbudaya dan lebih beradab, jauh lebih penting daripada sekedar prasyarat formal pemilihan mendapatkan kepala desa.
Memastikan bahwa kepala desa terpilih adalah dia yang memiliki marwah, berkapasitas, punya integritas moral dan memiliki rekam jejak kesehatan jiwa mumpuni adalah tanggungjawab bersama. Demikian juga memastikan adanya peningkatan kualitas dan marwah Politik dan Demokrasi merupakan sebuah tantangan dan keniscayaan masyarakat.
Pilkades dengan kestabilan sosial dan sportifitas
Kades Wokowoe harus lahir dari proses pemilihan dengan cara-cara yang tidak merobek dan mencabik-cabik tatanan kehidupan kekeluargaan dan sosial kemasyarakatan yang ada.
Hajatan politik lima tahunan itu harus bisa dikelolah dengan baik dengan tetap mengedepankan etika dan aturan. Relasi sosial dan kekeluargaan harus tetap terjaga dalam seluruh kegiatan penggalangan dukungan masyarakat pada setiap jadwal sosialisasi dan kampanye politik para kontestan.
Karena itu ketenangan dan kestabilan sosial-masyarakat jelas merupakan prasyarat penting, tidak hanya untuk penyelenggaraan Pilkades berkualitas, tetapi juga guna memelihara kohesi sosial yang mutlak untuk stabilitas kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam konteks itu, masing-masing pasangan calon mesti mengadopsi sikap “siap menang, siap kalah” dalam menyikapi hasil Pilkades nanti.
Karena itu sportivitas di antara para kandidat dan di tengah masyarakat merupakan keniscayaan. Sportifitas mengharuskan kita untuk lebih menjunjung etika dan moral daripada hasil kemenangan.
Muara sportifitas adalah keluhuran nilai. Etika dan moral mengorientasikan manusia pada proses menemukan kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kepantasan. Dalam persaingan, etika dan moral menuntut kita untuk mengutamakan martabat dalam meraih kemenangan. Karena itu, orangtua kita mengatakan, “Untuk apa menang, sukses, dan kaya raya jika kamu tidak terhormat?”
Filsuf peraih hadiah Nobel, Albert Camus, menyebut sportivitas sebagai nilai yang membangun karakter manusia, tak ada hubungan secara langsung dengan kekalahan dan kemenangan. Kekalahan dan kemenangan adalah akibat dari perjuangan. Sportifitas mengutamakan proses, mengajarkan manusia untuk menemukan nilai-nilai ideal berupa kejujuran dan keadilan yang bermuara pada martabat.
Untuk itu kompetisi dalam Pilkades perlu dikembalikan pada kultur sportifitas. Saling menghormati lawan menjadi keniscayaan dalam membangun demokrasi yang bermartabat. Basis persaingan harus dikembalikan pada visi, misi, dan program, bukan kebencian dan permusuhan.
Pilkades harus dipahami sebagai bagian dari kultur demokrasi untuk mewujudkan kesejahteraan kolektif. Para kandidat mestinya menjadi agen kebudayaan, bukan sekadar menjadi pemburu kemenangan dan kekuasaan yang mengorbankan peradaban dan kebersamaan.
Dionisius Ngeta, S. Fil
(Asal Bheda-Nangaroro-Nagekeo, Tinggal Di Maumere