Teropongindonesianews.com
Oleh Dionisius Ngeta
Warga RT/RW: 018/005, Kelurahan Wuring, Alok Barat, Sikka NTT.
Napun Gete ada cerita. Cerita sebelum maupun sesudah dibangun dengan bendungan dan diresmikan Presiden Jokowi, Selasa, 22/02/2021.
Kini saatnya kita menatap, bagaimana ceritanya nanti. Menatap dengan sejuta harapan, kira-kira proyek maha karya itu ke depan dimanfaatkan seperti apa oleh pemerintah daerah?
Apakah sekadar nama dan monumen salah proyek strategis nasional itu?
Atau, akankah berdampak pada peningkatan status kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Sikka atau minimal masyarakat sekitarnya? Seperti apa tindak lanjut pemerintah Kabupaten Sikka manfaatkan jutaan kubik air itu untuk kepentingan masyarakat ke depan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas lahir setelah eforia dan kontroversial penyambutan Presiden RI saat peresmian makin hilang dari hingar-bingar masyarakat “nian tana Sikka”.
Tidak cukup kita menyaksikan keberanian masyarakat menerjang dan menerobos pandemi Corona, melanggar protokol kesehatan dan akhirnya menjadi perdebatan hangat sejagat Nusantara di media sosial kala itu.
Lebih penting dari semuanya adalah kira-kira apa terobosan dilakukan pemerintah daerah memanfaatkan jutaan kubik air di bendungan itu.
Mampukah pemerintah daerah keluar dari rutinitas birokratis harian dan melakukan terobosan dan gebrakan yang membuat masyarakat antusias sebagaimana kala itu mereka antusias menerobos barikader Paspamres menjumpai presiden kecintaannya yang jago melakukan terobosan dan gebrakan.
Akan adakah cerita tentang program dan proyek maha karya lainnya ke depan yang dihasilkan Pemda sebagai wujud tindak lanjut dari proyek maha karya Bendungan Napun Gete itu?
Napun Gete bukan sekedar nama tempat.
Ia berarti dan bermakna bagi alam lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Apalagi sudah menyandang predikat sebagai Bendungan.
“Napun”, kali. “Gete”, besar (bahasa asli Tana Ai, Sikka). “Napun Gete”, kali besar. Kali yang mengalirkan air dalam volume yang besar dan dari sumber yang permanen.
Tapi tidak hanya kalinya yang besar, luas dan air yang tak pernah kering. Air yang dialirkan kali itu pun memberi hidup yang “gete” / besar dan luas bagi dunia sekitarnya.
Sepanjang kali yang dilaluinya terdapat jutaan kehidupan yang menaruh harapan padanya.
Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan menimba air darinya untuk kehidupan mereka. Kali dan air itu memberi manfaat yang “gete”/besar. “Napung Gete” adalah berkah “gete” (besar) bagi mereka.
Kini, Napung Gete menyandang predikat baru yaitu bendungan. Jika dahulu hanya sebuah “Napung Gete” / kali yang besar, kini menjadi bendungan yang besar, Bendungan Napun Gete.
“Napung” (kali) yang dulu sekedar mengalirkan air yang besar dari sumber yang permanen, tak pernah kering, kini airnya dibendung menjadi sebuah bendungan yang “gete” (besar) dengan kapasitas/volume air yang “gete” (besar).
Begitu “gete” (besar) volume air ditampungya, 11,2 juta M³. Begitu “gete” (besar) area tanah yang digenangi air, 99,78 hektar (Ha).
Begitu “gete”/besar bendungan itu berfungsi sebagai penyedia air bagi Kabupaten Sikka, 214 liter per detik, selain sebagai pengendalai banjir dan pembangkit tenaga listrik dan pariwisata.
Apakah makin “gete” (makin luas dan besar) pula pemerintah daerah manfaatkan potensi-potensi yang “gete”/besar itu bagi kepentingan masyarakatnya ke depan?
Manfaat dan sasaran Bendungan Napung Gete makin “gete” (makin besar dan luas) menjangkau masyarakat Sikka, jika pemimpin berpikir “gete”, berpengharapan “gete” dan berbuat “gete” (besar).
Tidak bisa diharapkan dari pemimpin yang bekerja standard an itu-itu saja. Hanya pemimpin yang memiliki visi dan misi “gete”, besar, luas dan jelas untuk kepentingan masyarakatnya akan membawa masyarakatnya keluar dari permasalahannya dan antusias padanya.
Hanya pemimpin yang tidak bekerja linear, memiliki nyali besar dan kuat untuk masyarakatnya walaupun secara fisik kecil dan sederhana seperti Presiden Jokowi, mampu menghantar masyarakatnya keluar dari lingkaran dan lilitan kesulitannya.
Hanya pemimpin yang memiliki kesederhanaan dan kesahajaan jiwa dengan integritas moral handal serta manempatkan rakyatnya di atas segala kepentingan mampu mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Presiden Jokowi sendiri pernah mengatakan kepada para menterinya: “Kita tidak bisa bekerja linear, runtinitas dan bekerja biasa-biasa saja untuk masyarakat. Apalagi dalam situasi seperti sekarang”.
Mampukah pemerintah daerah dan provinsi keluar dari rutinitas dan menerobos pandemi pola kerja linear dan itu-itu saja? Jika Presiden Jokowi menegur para menterinya yang bekerja linear dan biasa-biasa saja, seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah daerah.
Pola kerja linear dan biasa-biasa saja merupakan wabah, seperti pandemi corona yang berdampak pada lambatnya tingkat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Tentu masyarakat “Nian Tana Sikka” khususnya dan NTT pada umumnya menaruh harapan besar, memiliki antusiasme yang tinggi, jika para pemimpinnya berpikir dan berbuat “gete” (besar), mampu melakukan berbagai terobosan bagi masyarakatnya dalam menindaklanjuti dan memanfaatkan potensi bendungan-bendungan yang sudah dibangun sebaik mungkin demi kepentingan dan kebutuhan rakyat. Tidak hanya bekerja biasa-biasa dan itu-itu saja bagi rakyatnya.
Agar ada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dari waktu ke waktu.
Dengan demikian ada cerita tentang bendungan-bendungan maha karya terutama Bendungan Napun Gete yang dulu, sekarang dan menjadi pembeda di kemudian hari nanti.
Semoga perubahan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat seperti yang diharapkan masyarakat dan diyakini oleh Presiden Jokowi saat peresmian Bendungan Napun Gete dapat dialami masyarakat.
“Saya meyakini, Insya Allah dengan gubernur dan wakil gubernur yang baik, dengan bupati-wakil bupati yang baik memimpin rakyatnya, saya yakin tidak lama lagi NTT akan makmur dan tidak menjadi provinsi yang kategorinya kalau di negara kita masih pada kondisi yang kurang,” kata Jokowi.
“Kita lihat nanti kalau bendungannya sudah selesai,” tuturnya (https://nasional.kompas.com/read/2021/02/23).
Keyakinan Presiden Jokowi di atas tidak akan sia-sia jika pemerintah propinsi dan kabupaten memiliki nyali “gete” / besar, melakukan berbagai terobosan bagi kepentingan masyarakat dalam memanfaatkan bendungan-bendungan yang dibangun itu.
Keyakinan Presiden itu didasarkan atas kesadarannya bahwa Gubernur, Wakil Gubernur, para Bupati dan wakil-wakilnya di NTT adalah orang-orang yang tidak hanya cerdas, tangkas dan tanggap tapi juga baik. “….dengan gubernur dan wakil gubernur yang baik, dengan bupati-wakil bupati yang baik memimpin rakyatnya…”.
Karena itu Presiden Jokowi mengatakan:
“Saya yakin tidak lama lagi NTT akan makmur dan tidak menjadi provinsi yang kategorinya kalau di negara kita masih pada kondisi yang kurang,”
Bendungan Napun Gete, bagaimana ceritamu nanti? Kau bukan sekedar nama dan monumen untuk dikenang dan dilihat.
Sebagaimana keyakinan Presiden Jokowi saat peresmian, demikian juga masyarakat “Nian Tana Sikka” menaruh harapan besar.
Semoga kau membawa berkah “gete” / besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pemerintah yang cerdas dan baik, tidak bekerja linear dan memiliki nyali “gete” tentu melakukan berbagai terobosan bagi kepentingan masyarakatnya.