Teropongindonesianews.com
(Magang Bahasa dan Seni Budaya SMPK Frater Maumere – Flores – NTT)
Oleh Dionisius Ngeta, Orangtua Siswa
“Where there is a will, there is a way”. Tepat di depan panggung megah bernuansa alami nan eksotik Pentas Seni dan Wisata Literasi, peribahasa klasik ini dipajang.
Tidak tahu, apakah ini adalah tag line yang sudah lama terpajang untuk nyalakan kemauan ke-1025 siswa-siswi untuk menemukan jalan bagi pengembangan bakat dan talenta, kreatifitas dan inovasi? Ataukah baru dipasang saat acara Wisata Literasi dan Pentas Seni Generasi Merdeka SMPK Frater Maumere, 26-27 Nopember 2021.
Terlepas dari itu, bagi kami orangtua, kegiatan Magang Bahasa dan Seni Budaya selama satu bulan yang dilakukan pihak sekolah adalah momentum nyalakan kemauan untuk inovasi dan kreativitas menuju siswa prestasi.
Tapi potensi kecakapan, bakat dan minat siswa dalam berbagai bidang bahasa dan seni budaya hanya bisa digali dan diberdayakan jika peserta didik memiliki hasrat dan kemauan. Kemauan adalah jalan panjang penuh tantangan menuju siswa kreatif, inovatif dan prestasi.
Lembaga dan terutama para guru telah memampukan dan memberi ruang bagi siswa-siswi menyalakan kemauan mereka.
Dalam suasana penuh keakraban di antara siswa dan pendamping, kemauan siswa bisa dihidupkan dan dinyalakan. Di luar ruangan selama sebulan dan di alam bebas dengan keindahan taman dan rumput yang hijau, jalan menuju kreativitas, pengembangan bakat dan minat siswa akan lebih terbuka ditemukan.
Suasana dan lingkungan yang hijau dan indah permai mampu menciptakan dan memungkinkan sekolah sebagai sebuah “Taman Siswa” yaitu tempat indah, menyenangkan, membuat anak-anak betah berada di sana, dan jauh dari ketakutan, demikian Kihajar Dewantara, bapak pendidikan kita.
Inilah salah satu Model Merdeka Belajar Siswa. Sebuah model yang bebas dari tekanan dan mampu menyalakan kemauan, yang merupakan motor penggerak belajar dan sebuah jalan bagi pengembangan wawasan pengetahuan, kreatifitas dan potensi kecakapan siswa.
Kemauan Merupakan Dasar Belajar
“Ut desint vires, tamen est laudanda voluntas”, meskipun sudah tanpa kekuatan namun kemauannya masih patut dipuji, demikian pepatah latin di atas. Kemauan itu khas manusia.
Pada waktu kita masih di Sekolah Dasar (SD) salah satu peribahasa yang terkenal, dari ratusan peribahasa yang ada, berbunyi: “Where there is a will, there is a way” (Dimana ada kemauan, di situ ada jalan). Di sini, kemauan menjadi penggerak utama.
Selama masih ada kemauan, hasrat dan ada niat baik maka akan selalu terbuka jalan bagi kreatifitas, inovasi dan sebuah perspektif baru yang sebelumnya berada di luar kerangka berfikir kita.
Kemauan atau kehendak merupakan dasar untuk mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan.
Kemauan adalah faktor pendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu hal dalam kehidupan nyata. Dalam banyak pengalaman ternyata kemauan adalah tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri.
Kemauan itu juga adalah potensi dalam diri manusia yang diarahkan oleh pikiran dan perasaan. Bahkan kemauan yang kuat akan mampu tanpa ada uang, sedangkan uang tidak mampu tanpa ada kemauan.
Buktinya banyak orang kaya yang tidak berpendidikan karena tidak ada kemauan, dan banyak orang miskin yang berpendidikan karena ada kemauan.
Namun ada saat-saat tertentu karena hal-hal tertentu seorang peserta didik bisa apatis dan tidak mempunyai kemuan sama sekali.
Hasrat dan kemauan memang seharusnya tetap terpelihara dalam hidup dan dalam diri peserta didik sehingga mampu menjalani proses belajar dan jalan kreatifitas, pengembangan bakat dan kemampuan bisa terbuka lebar.
Karena itu sebagai orang tua tentu sangat berterima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada sekolah dan para guru yang telah menyalakan kemauan mereka.
Orangtua sadar bahwa dari 1025 siswa pasti ada yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus untuk hidupkan dan nyalakan kemauannya.
Peran strategis lembaga pendidikan dan para guru khususnya memungkinkan peserta didik mampu menyalakan kemauannya sehingga jalan menuju peserta didik berkarakter dan berprestasi dengan sejumlah bakat dan kreatifitas terbuka lebar bagi mereka.
Sekolah dan para guru telah berfungsi sebagai pemimpin dan pendamping yang tahu ke mana arah dan berjalan bersama para siswa menuju arah yang dicita-citakan yaitu anak-anak bangsa yang cerdas dan berkarakter.
Sekolah dan para guru telah memungkinkan kemerdekaan belajar para siswa terpenuhi sehingga tercipta pembelajaran yang merdeka di antara siswa.
Kemauan dan Merdeka Belajar
Siswa yang selalu menyalakan kemauan dan merdeka dalam belajar akan senantiasa lapar dan haus akan ilmu pengetahuan. Mereka dalam kategori ini selalu melihat kesulitan dan tanganan sebagai kesempatan belajar. Mereka selalu memiliki kemauan, hastrat dan ingin bisa. Mereka pantang untuk menyerah sebelum mencoba.
Siswa-siswi dalam kategori ini biasanya tidak bergantung pada orang tua, guru, sekolah dan sistem/aturan dalam belajar dan menata masa depannya. Mereka selalu aktif dan pro-aktif, inovatif dan kreatif dalam belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan bakat dan talentanya.
Bagi mereka guru hanyalah mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi belajar lebih kondusif dan membuat mudah yang sulit dipahami.
Dalam konteks merdeka belajar, Hamka memiliki sebuah pandangan bahwa dalam proses belajar harus dilakukan dengan membangun kemauan dan semangat dan mewujudkan kebebasan untuk menyatakan pikiran dan bebas dari rasa takut (Setiawan, 2016).
Karena itu suasana rumah dan sekolah yang indah dan menyenangkan, relasi dan hubungan yang akrab dan bersahabat guru dan siswa, orang tua dan anak-anak adalah prasyarat menyalakan kemauan siswa menuju kreativitas anak.
Hal ini dilakukan melalui pendekatan personal, penggunaan metode, dan media pembelajaran yang dapat mewujudkan kegiatan belajar menyenangkan dan terbebas dari perasan tertekan.
Dengan demikian jalan menuju penemuan kreatifitas, bakat dan minat para siswa akan terbuka lebar. Dan idealisme siswa berkarakter dan berprestasi dengan segudang wawasan pengetahuan akan tercapai.
Jadi memberikan kesempatan belajar secara bebas dan nyaman kepada siswa untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat, minat dan talenta yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi, minat dan kemampuan mereka adalah makna terdalam dari merdeka belajar.
Dengan demikian masing-masing mereka tumbuh dan berkembang sesuai potensi dan kemampuannya.
Buah dari Merdeka Belajar
Merdeka belajar tidak bermakna belajar “semau gue”/ belajar suka-suka saya. Merdeka artinya bebas, berdiri sendiri. Atau tidak terikat atau tidak bergantung pada orang lain.
Seorang pelajar yang merdeka dalam belajar selalu leluasa, bebas dan mandiri dalam mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan, bakat dan talentanya. Ia tidak bergantung pada guru, orangtua atau siapa atau apa saja.
Sedangkan belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya yang disadari, demikian Senjaya.
Djamarah dan Zain (2010: 10) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap berkat pengalaman dan latihan.
Karena itu tepat dan benar yang dikatakan Kepala Sekolah SMPK Frater Maumere pada sambutan penutupan Wisata Literasi dan Pentas Seni Generasi Merdeka SMPK Frater Maumere Sabtu, 27 Nopember 2021.
Ia menggarisbawahi bahwa buah pendidkan itu bukan hanya menghasilkan siswa berwawasan pengetahuan dan ketrampilan tapi juga menghasilkan siswa yang berkarakter.
Proficiat SMPK Frater Maumere. Proficiat para guru, pegawai dan karyawan-karyawati. Proficiat Para Frater Bunda Hati Kudus dan Yayasannya. Pengorbanan Anda semua adalah berkah bagi para siswa dan orangtua.
Dionisius Ngeta, Salah Satu Orangtua Siswa