MUDA MILENIAL DALAM DESA

Teropongindonesianews.com

Ketika kita berbicara mengenai pembangunan sebuah desa adalah hal yang sangat menarik, karena Desa merupakan harapan kemajuan sebuah bangsa, paradigma yang selama ini terjadi, banyak orang menganggap desa dan masyarakatnya tertinggal, paradigma itulah yang selama ini terbangun di pemahaman orang banyak.

Paradigma itu mengamini jika seolah-olah untuk sukses haruslah ke kota besar, paradigma itu harus segera ditinggalkan. Oleh karena itu kita membangun sebuah desa yang lebih baik Masa sekarang ini gerakan pemberdayaan desa semakin banyak.

Gerakan-gerakan tersebut kebanyakan dimotori oleh anak-anak mudah milenial.

Kini terlihat sudah kesadaran pemuda akan pentingnya memberdayakan desa yang kita ketahui sesungguhnya memiliki banyak potensi dan kekayaan alam.

Tentunya gerakan-gerakan pemuda ini adalah hal yang menggembirakan bagi kita semua.Bentuk gerakan yang berorentasi dari desa untuk desa bermacam-macam.

Ada yang fokus di bidang pendidikan dan keterampilan. Gerakan ini berupaya memberikan pendidikan kepada mereka yang tak mampu melanjutkan sekolah dan memberi bekal keterampilan tambahan, yang nantinya bisa menjadi modal membuat sebuah produk yang laku dijual.

Ada pula gerakan yang lebih fokus kepada pendampingan petani-petani di desa. Gerakan macam ke dua ini, mengorganisir petani-petani desa, bahu-membahu mencapai kesejahteraan bersama.

Gerakan pemberdayaan desa yang digawangi oleh pemuda milenial, seperti gerakan pemuda organisasi di unifersitas katolik indonesia ruteng yang mana memberikan pemahaman terhadap pemudah milenial yang berahlak.

Serta menggali potensi desa seperti mempromosi kain tenun yaituh songke orang manggari, atau membuat desa parawisata.

Sebagai orang desa, paradigma kita yang harus diubah. Membangun desa itu bukan dari kota, tapi kebalikannya “membangun kota dari desa” (jadi desa dulu yang harus kita bangun).

Desa sudah menyediakan ladang kreativitas luar biasa, kadang kita ingin “instan”.

Sehingga kita terhipnotis oleh angan-angan kebahagiaan semu.Padahal, daya tarik dari kota sebenarnya adalah “penindasan”, kita adalah orang-orang tertindas.

Dan kita tidak sadar meng-“amini” ketertindasan kita dengan nilai-nilai semangat juang; nilai-nilai patuh, takut, malu, menerima, siap grak membuat kita hanya sebagai robot dari para penindas.

Pemuda kebanyakan tenggelam dalam situasi yang menindas, represif, dan tidak mampu lagi menyadari keberadaan dirinya.

Mereka larut dalam iklim penindasan yang masif dan tidak mempunyai partisipasi aktif dalam tiap-tiap masalah yang muncul di tengah masyarakat (desa).

Hari ini kita sudah mengetahui permasalahan yang ada, hari ini kita sudah ketahui bahwa banyaknya potensi yang ada di desa.

Namun sampai saat ini kita belum juga sadar akan semua itu, seakan-akan kita tidak tahu dan tidak mau caritah.kuliah adalah ilmu yang memang seharusnya untuk disalurkan pada orang banyak, agar lebih berguna dan bermanfaat bagi orang banyak dan khususnya bagi desa tercinta yaitu “Desa pong lengor”.

Walaupun berbagai gerakan pemberdayaan desa banyak bermunculan seperti dijelaskan di awal tulisan, namun belum merata.

Bahkan mungkin dari beberapa pemuda yang punya kesempatan belajar sampai tingkat universitas, setelah lulus belum banyak yang minat kembali ke desa, dan menjadi sarjana untuk desa.Kita adalah pemuda desa, dari desa merantau ke kota untuk mencari ilmu.

Maka tak ada salahnya kita kembali ke desa untuk mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang kita dapatkan. Serta memperdalam ilmu pengetahuan dan pulang kembali ke desa untuk mengabdi ke masyarakat serta menjadi delegasi dan wakil terdepan dalam berbagai ajang kopotensi di masyarakat. kopotensi disini tidak bole dipahamami secara sempit hanya hanya sebatas perlombaan.

Tetapi bagaimana, peran pemudah memiliki daya saing yang handaldari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga desa dapat diperhitungksn oleh masyarakat lain maupun pemerintah ; karna itu tadi :  kualitas dan kuantitas pemuda yang ada.

Jadi,sikap masyarakat desa yang acuh, tak acuh terhadap keaadan desa dan hanya bisa menerima apa adanya terhadap perkembangan desa akan sangat sulit untuk dapat berkembang dan majulebih tepat sebagaimana yang di harapakan.

Karena banyak kasus yang terjadi, baik dalam rencana pembangunan, maupun pelaksaannya yang terkadang tidak tranparan terkait pendanaan yang di gunakan.

Hal ini akan menjadi pemicu penghambat dalam proses kemajan desa karena sebanyak apapun anggaran yang di berikan pemerintah untuk pembangunan desa taoi tidak di kelolah dengan baik maka akan hanya melahirkan sebuah peluang tindakan kejahatan/korupsi di desa.

Dalam hal ini banyak para masyarakat yang masi meragukan terhadap  kridibilitas pemerintah desa dalam keberlanjutan pengembangan desa dalam anggaran yang cukup banyak.

Keuangan tersebut berdasarkan fakta yang pada saat ini masi banyak pelanggaran yang di lakukan oleh ketua “Bumdes”baik dalam pembangunan maupun mengenai aset desa.

Dalam pemersalahan ini tentuh pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak bisa Melakukan kontroling satiap waktu terhadap kinerja di pemerintahan desa karena selain jarak tempuh, dan akses yang belum memadai sehingga masi sulit mendapatkan informasi terkait kinerja desa.

Maka kemungkinan besar akan banyak pelanggaran yang dapat dilakukan oleh pemerintah desa yang memiliki kualitas dan kesadaran untuk memberikan informasi atau mempublikasikan terkait segalah hal yang menyangkut plaksanaan pembangunan desa.

Melihat kasus ini tentu ada solusi agar apa yang termandat dari UU Desa no 6 tahun 2014 dapat trercapai sebagaimana yang diharapkan , maka dari hal ini sangat erat keliatanya dalam peran aktif pemuda yang brasdari desa.

Peran anak muda Khususnya  para mahasiswa, dapat turut aktif dalam mengontrol memantau kinerja di desa agar tidak terjadi kesenjangan pembangunan antara masyarakat dan pemerinta desa.

Terkait pemantauan ini sangat penting dilakukan agar pembaangunan desa dapat bersinergi dengan apa yang di harapkan oleh pemerintah dan masyrakat setempat.

Ditengah acuh, tak acuh sikap masyarakat desa menuntut kesadaran pemuda untukmengambil peran aktif dalam pengawasan guna menghidupkan harapan yang sudah diatur oleh undang-undang.

Pemuda sebagai manusia yang masi memiliki idealisme dan kecakapan dalam menentukan semangat pembangunan, pemuda haruslah berada di ruang penyimbang yang dapat menjawab tantangan yang akan dihadapi ke depan.peran aktif pemuda memang selalu diharapkan tak terkecuali dalam proses pemembangun di desa.

Pendapat penulis : pemudah merupakan generasi yang sangat berpengaruh untuk proses pembangunan bangsa.

Pemuda selalu menjadi harapan dari setiap kemajuan didalam suatu bangsa atau di sebuah desa yang dapat merubah pandangangan oerang dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan ide-ide ataupun gagasan berlandaskan keilmuan dan wawasan yang sangat luas berdasarkan nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Pada zaman sekarang masi terkesan acuh terhadap masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar atau sekala nasional. Maka dari pada itu, menurut sangat di perlukan berbagai macam tindakan yang di perlukan untuk memperbaiki pola berpikir para pemudah zaman sekarang.

Nah, caranya yang pling tepat untuk pembangunan kepemudaan adalah dilakukan secara sistematik komperehensif, akseleratif,sinergis, dan integratif, dan melalui tahap perencanaan, pelaksaaan, evaluasi, serta menyediahkan wahana aktualisasi diri yang positif dan konstruktif, serta mudah di akses oleh para pemudah milenial zaman sekarang.

Sehinga dengan cara tersebut diharapkan para pemudah dapat merubah cara berfikirnya untuk peka terhadap perkembangan sosial di desanya.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah nasib pembangunan desa kedepan itu sangat bergantung pada generasi penerus yaitun generasi muda.

Maka dari itu adanya opini ini : pemuda dapat ikut sadar dan berperan dalam suatu pembangunan desa kedepanya. Baik dalam proses pengawasan pembangunan, maupun dengan pendanaan desa.

Hal ini sangat erat kaitan dengan hal-hal yang tidak di inginkan seperti korupsi yang dapat merugikan negara dan rakyat.

Penulis : Lody Darman.

  • REDAKSI Teropong Indonesia News

    TEROPONG INDONESIA NEWS DI DIRIKAN SEJAK TANGGAL 22 DESEMBER 2020 oleh Wahyu dan Haji Darmo

    Related Posts

    Ketika Para Istri Mati Rasa Menghadap Biduk Dalam Rintangan Rumah Tangga

    Teropongindonesianews.com

    Way Kanan – “Sejujurnya. Aku sudah mati sejak lama ketika mereka mengirimkan foto pernikahanmu padaku. Tapi, aku berusaha baik-baik saja hingga terbiasa,” Khanza menyantap lagi makanannya. Netranya kembali mengembun, menganak hingga berjatuhan tanpa henti. Kulit mulusnya kian bersih tersapu air mata tanpa penghalang.selasa 27/08/24

    “Aku sudah memaafkanmu, bahkan sebelum kamu mengatakan itu,” Lanjutnya. Khanza mulai mengunyah, tatapan matanya setajam b3lati menembus jantungku.

    Senyumnya mengembang. Kemudian, dia menunduk lagi. Khanza mulai memperhatikan nasi dalam piringnya. Telur dadar penuh kehitaman di atas nasinya tak ia sentuh sedikitpun.

    “Lucu kan, Mas. Luka yang kuterima ternyata dibuat berulang kali oleh orang yang sama. Yaitu … suamiku sendiri,” Khanza tersenyum sumringah. Barisan giginya terlihat rapi sekali, menambah kesan manis yang indah.

    “Dan mirisnya, aku dipaksa memaafkanmu karena tak ada satupun sifatmu yang membuatku harus keukeuh pada pendirianku untuk selalu mengutukmu. Dan … ya! Kamu menang, aku memaafkanmu.” Tawanya seketika pecah. Sedangkan aku termenung melihat lepasnya tawanya.

    Kudorong segelas air kian dekat padanya. Kubiarkan istriku melepaskan segalanya. Sejenak, ia berhenti tertawa, kemudian melanjutkan makannya tanpa air mata.

    Semua air matanya sudah dikuras habis, istriku kini makan sangat lahap. Lalu, aku? Aku berlalu pergi menuju wastafel. Ku tumpahkan amukannya dengan air mataku. Kuhidupkan kran air hingga hanya isakan tangisnya dan kucuran air saja yang terdengar.

    Perlahan, aku merosot menyentuh lantai. Kutarik rambutku hingga sekepalan tangan. Khanza tak menggubris sama sekali, bahkan ketika aku bangkit, dan bersujud pada kakinya pun ia tak peduli.

    Khanza tetap lahap makan. Seakan aku ini hanyalah orang asing yang tak perlu dikenal. Kuremas kakinya dengan cinta, kucium pahanya meski iya tak mau tahu sama sekali dengan apa yang kulakukan padanya.

    Tuhan. Aku akan depresi jika seperti ini.

    “Haidar!” Suara bentakan menarik lamunanku. Air mataku kini sudah membasahi seluruh pakaian Khanza–istriku.

    “Ibu?” Mulutku menganga. Ibuku sontak menarik tanganku meminta ku bangkit.

    “Ngapain kamu sujud-sujud dikaki Khanza? Sudah tidak waras kamu?” Wajah Ibu merah padam, bersama Yuna disisinya.

    “Ada apa kalian kemari?” Mataku mengerjap. Memandang Khanza yang kini bangkit dari tempat duduknya. Makanan tadi sudah habis tak bersisa.

    “Menjemput Mas Haidar, lah. Kan, istri mudanya berada di rumah sakit tengah kontraksi akan melahirkan.” sahut Yuna santai. Sontak kuraih pergelangan tangan Khanza, tapi ditepis olehnya.

    “Oh, ya? Selamat, ya.” Khanza melenggang santai melewati ku juga ibu. Bahkan ibu nyaris terjungkal ketika Khanza enggan memilih jalan lain menuju wastafel.

    “Ayo Haidar, istrimu membutuhkanmu!” Ibu menarik tanganku.

    Khanza tengah mencuci bekas makannya dengan santai. Ketika aku melepaskan tangan Ibu, kupercepat langkahku untuk menghampirinya yang membelakangi kami.

    “Haidar!” Panggil Ibu pelan.

    Aku menepuk pundak istriku. Khanza bergeming. Tetap melanjutkan pekerjaannya.

    “Sayang.” Bisikku.

    “Ayo, Mas. Mbak Nimas sudah kesakitan lho dirumah sakit. Iya kan, Bu?” Yuna menggerutu.

    “Haidar, ayo!” Ajak Ibu menarik tanganku lagi. Sekali lagi aku menepisnya. Meminta ibu berhenti menarikku.

    “Saya nanti menyusul. Sekarang, saya ingin menemani Khanza dulu. Yuna, ajak Ibu keluar.” Titah ku. Yuna terkejut, sama dengan Ibu.

    “Apa-apaan kamu ini, Haidar? Ha! Ayo, istrimu tengah bertaruh nyawa melahirkan anakmu! Khanza belum tahu rasanya, jadi ia tak mungkin mengerti!” Hentakan Ibu berhasil menarik kemarahan Khanza. Terlihat Istriku yang spontan membanting gelas yang tengah ia bilas.

    Khanza memutar badannya menghadap kami. Terlihat kilatan amarah pada matanya yang merah.

    “Pergilah! Jangan berisik, kepalaku terasa sakit mendengar keributan tanpa ketenangan.” sahut Khanza tenang.

    “Mandul … ups!” Mataku.

    Penulis: Zainal.

    Editor: Santoso.

    Continue reading
    Sumpah dan Janji DPR:Antara Harapan dan Kenyataan(Memaknai Pelantikan Anggota DPR)

    Teropongindonesianews.com

    Bagian Pertama. Dionisius Ngeta, S. Fil
    (Asal Nangaroro Nagekeo, Staf YASBIDA Maumere)

    Berbagai media tentu akan memuat berita tentang pelantikan dan pengambilan sumpah anggota legislator periode 2024-2029. Ucapan terima kasih dan selamat beserta foto-foto mereka pun menghiasi halaman-halaman media, baik cetak maupun elektronik. Tak ketinggalan eforia kemenangan dan rasa syukur bertebaran di media sosial. Status dan foto-foto DPRD atau DPR RI terpilih dan terlantik di Face Book (FB) atau di Whats App (WA) nanti akan berseliweran dan pasti berubah. Berbagai komentar menghiasi dinding halaman status mereka.

    Saya teringat status FB salah seorang anggota DPRD Kabupaten Sikka yang terpilih lagi dan dilantik menjadi anggota legislator pada periode 2019-2024. Setelah pelantikan, ia mengunggah gambar dan mengubah status pada halaman FB-nya. Dengan foto seorang mama sedang memeluknya, sang legislator tersebut menulis pada dinding status FB-nya demikian: “Pesan mama ini padaku…jika engkau semakin menaiki tangga sampai di puncaknya, maka engkau akan menatap semua hal lebih luas dan tidak hanya pada perut anda…”. Lalu dilanjutkan dengan ucapan: “Selamat malam buat sahabat yang menaiki tangga”. (E K Y, 25/08/2019, pkl11.19 PM).

    Sebagai legislator terlantik dan telah atau akan mengambil sumpah, ekspresi rasa syukur dalam berbagai bentuk dan cara tentu sah-sah saja. Tapi jangan lupa, di atas pundak Anda tertumpuk sejumlah harapan dan seberkas pesan. Basis dan konstituen Anda, atau rakyat pada umumnya tentu memiliki banyak harapan dan pesan, sebagaimana salah satu di antaranya adalah pesan seorang mama di atas.

    Ketika dilantik dan mengambil sumpah, sesungguhnya anggota DPR/DPRD sudah sah memegang mandat rakyat untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Ia sudah berada di “tangga” yang diberikan rakyat sebagai pemilik mandat dan kedaulatan itu, terlepas apakah sudah melewati 2, 3 atau 4 “tangga” alias 2, 3 atau 4 periode ataupun baru mulai menginjakan kakinya di tangga pertama sebagai seorang legislator.

    Sebagai legislator terpilih dan terlantik, DPR RI/DPRD mendapatkan hak-hak dan tunjangan-tunjangan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan selain tiga tugas penting yang harus diemban (legislasi, budgedting dan pengawasan), termasuk menunaikan janji-janji yang telah disampaikan ke ruang publik saat kampanye. DPR RI/DPRD memiliki hak untuk menatap secara lebih luas dan berbicara secara lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakyat seperti yang disumpahkan, lalu mendiskusikannya dengan pihak eksekutif untuk menemukan solusi dan mengawalnya untuk dieksekusi.

    DPR/DPRD diharapkan tidak hanya menatap ke dalam dirinya sendiri atau mengutamakan kepentingan perut dan partainya (demikian pesan mama di atas) tetapi kepentingan yang lebih luas, menyangkut rakyat banyak harus ditempatkan di atas segala kepentingan. Tapi apakah harapan dari eksistensi para legislator ketika berada di tangga dan lembaga terhormat sungguh demikian? Apakah harapan itu akan menjadi sebuah kenyataan ketika mereka berada di sana?

    Seluruh anggota DPR RI / DPRD terpilih dan terlantik sesungguhnya adalah petugas “hak guna kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, mereka sejatinya terus mengemban tugas kerakyatan dengan senantiasa merakyat. Setiap keputusan yang fundamental untuk kepentingan rakyat mesti berkonsultasi dengan rakyat sebagai pemilik/pemegang “hak milik kedaulatan itu.

    Yang menarik bahwa sebelum menginjakan kaki pada tangga rumah dan lembaga terhormat dan sebelum memulai tugas dan karya mereka, para anggota dewan tersebut diadakan pengambilan sumpah sesuai dengan agama dan keyakinan mereka. Sebuah ritual yang mestinya dimaknai tidak hanya sekedar formalitas belaka atau tata cara formal menjadi seorang dewan terhormat.

    Tanggungjawab moral kepada Tuhan sebagai seorang religius yang kepadaNya anggota dewan tersebut bersumpah dan kepada rakyat atas hal-hal yang disumpahkan dan atau yang dijanjikan sebelumnya sedang ditunggu realisasinya. Keadaban sebagai seorang yang beriman dan sebagai seorang wakil rakyat terhormat dan bermoral sedang diuji. Apakah sumpah hanya sekedar diucapkan di bibir saja dan tak akan pernah membuahkan hasil sebagaimana yang diharapankan masyarakat? Apakah janji hanya sekedar disampaikan dan hanya tinggal janji yang tak akan pernah menjadi kenyataan?

    Tetapi ketika seorang legislator mampu melaksanakan sumpah dalam tindakan dan merealisasikan janji dengan kenyataan, maka dia adalah seorang beriman dan beradab. “Iman tanpa perbuatan adalah mati, demikian Rasul St. Yakobus. Masyarakat tentu masih memiliki harapan walaupun sering mengalami kenyataan yang berbeda. Mereka masih berkeyakinan bahwa DPR/DPRD memiliki keterikatan, tanggungjawab dan integritas moral serta dapat diandalkan ketika mengucapkan sumpah dan melontarkan janji-janji kepada masyarakat sebelum pelantikan.

    Sumpah adalah sakral dan suci

    Anggota DPR RI/DPR memulai tugas dan karyanya dengan bersumpah. Sumpah kepada Sang Pengatur dan Penyelengara segala kehidupan termasuk jalan sempit penuh liku anggota DPR tersebut. Anggota DPR tidak bersumpah kepada atau atas nama pimpinan dan rakyat. Tetapi bersumpah kepada Allah dan demi Allah yang adalah suci mereka mengucapkan sumpah itu, dengan mengangkat dua jari dan meletakan tangan di atas Kitab Suci, Sabda Allah yang suci, masing-masing mereka bersumpah.

    Itu berarti selain sakral, sumpah itu suci. Karena kepada Allah sumpah itu diugkapkan dan demi Allah sumpah itu diucapkan. Karena itu menghayati dan melaksanakan apa yang disumpahkan merupakan kewajiban moral seseorang sebagai perwujudan pertanggungjawaban imannya kepada Allah, di mana kepada Dia dan demiNya ia bersumpah. “Demi Allah saya bersumpah”, demikian formula permulaan sumpah itu.

    Dalam Kitab Hukum Kanonik, sumpah, yakni menyerukan Nama Ilahi sebagai saksi kebenaran, tidak dapat diberikan, kecuali dalam kebenaran, penilaian dan keadilan (Kan, 1199,ayat 1). Yang dengan bebas bersumpah bahwa akan berbuat sesuatu, berdasarkan keutamaan religi, terikat kewajiban khusus untuk melaksanakan apa yang diperkokoh dengan sumpahnya (Kan, 1200, ayat 1).

    Untuk itu sumpah yang diucapkan kepada Allah dan demi Allah seseorang bersumpah, sesungguhnya mempertaruhkan kehormatan, kesetiaan, kebenaran dan wewenang Allah. Maka kepatuhan untuk melaksanakan sumpah itu merupakan keniscayaan tanpa syarat. Dan sebaliknya, siapa yang tidak patuh atau lalai mematuhinya, berarti menyalahgunakan nama Allah dan seolah-olah menyatakan Allah seorang pendusta. “Demi Allah saya bersumpah…, itu berarti memanggil Allah menjadi saksi atas hal-hal yang diucapkan.

    Allah sebagai Kebenaran Ilahi dilibatkan agar Dia menjamin kejujuran orang yang bersumpah. Karena itu kelalaian, ketidakpatuhan atau pelanggaran terhadap sumpah merupakan suatu kekurangan besar dalam sikap hormat terhadap Allah, yang adalah Tuhan atas setiap kata yang diucapkan. Pertanyaan kita, apakah DPR patuh dan setia melaksanakan sumpah yang diucapkan sebagai pertanggungjawaban iman dan moralnya kepada Allah?

    Dengan kesadaran iman dan moral bahwa sumpah adalah pertaruhan kehormatan dan kebenaran Allah selain pertanggungjawaban iman dan keadaban seorang legislator yang bersumpah, maka menggelorakan kepentingan rakyat di atas segala kepentingan adalah keniscayaan sebagai bukti pertanggungjawaban iman kepada Allah sebagimana bunyi formula yang disumpahkan itu. Menghayati dan melaksanakan hal-hal yang disumpahkan sama nilainya dengan menjaga keluhuran martabat dan kesakralan sumpah yakni kehormatan dan kebenaran Allah yang telah dilibatkan untuk menjamin kejujuran orang yang bersumpah.

    Pewarta: Yohanis Don Bosco.

    Editor: Santoso.

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    You Missed

    Kampanye Bersama Eko Soemarno Menuju Perubahan

    Kampanye Bersama Eko Soemarno Menuju Perubahan

    Ketua Lsm GMBI Distrik Way Kanan Bapak Bustam Efendi Mengapresiasi Polres Way Kanan Yang Menindak Tegas

    Ketua Lsm GMBI Distrik Way Kanan Bapak Bustam Efendi Mengapresiasi Polres Way Kanan Yang Menindak Tegas

    Ketua umum Forum Masyarakat Pesawaran Bersatu (FMPB) Mursalin Berikan Apresiasi Kepada Achmad Rico Julian Ketua DPRD Kabupaten Pesawaran

    Ketua umum Forum Masyarakat Pesawaran Bersatu (FMPB) Mursalin Berikan Apresiasi Kepada Achmad Rico Julian Ketua DPRD Kabupaten Pesawaran

    Pengaspalan Ruas Jalan Taman Keydupa, Sumber Dana Alokasi khusus (DAK), Diduga Asal-asalan Jadi

    Pengaspalan Ruas Jalan Taman Keydupa, Sumber Dana Alokasi khusus (DAK), Diduga Asal-asalan Jadi

    Pelaku Penipuan Berhasil Dibekuk Polsek Terusan Nunyai

    Pelaku Penipuan Berhasil Dibekuk Polsek Terusan Nunyai

    Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Ida Bagus Gede Giri Putra dan Imade Subrata (Giri Brata) Mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan Kepada Seluruh Umat Hindu di Kabupaten Bangli

    Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Ida Bagus Gede Giri Putra dan Imade Subrata (Giri Brata) Mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan Kepada Seluruh Umat Hindu di Kabupaten Bangli