
Teropongindonesianews.com
OLEH : YULI GAGAR
Ilustrasi Generasi Digital Native
Judul diatas sebenarnya hasil refleksi saya dalam beberapa situasi yang dialami langsung oleh saya sebagai guru. Kebutuhan akan informasi dan ilmu pengetahuan tidak akan pernah tergerus. Manusia akan selalu mencari dan menggali informasi serta tidak ketinggalan para generasi muda. Dalam tulisan ini saya ingin menjabarkan dulu tentang apa itu generasi digital native? Generasi digital native adalah generasi yang hidup di era digital dengan tawaran berbagai kecanggihan teknologi. Salah satu cirinya adalah suka berselancar di dunia maya. Lalu, Jika kita berbicara tentang teknologi di kalangan generasi muda yang kebanyakan melek Informasi dan Teknologi (IT) sebenarnya mereka lebih menguasai ketimbang kita yang lahir di jaman yang tidak enak karena kurangnya alat komunikasi, lambannya informasi, dan aktifitas lain yang masih dilakukan secara manual. Berangkat dari pengalaman inilah sehingga saya berinisiatif untuk mencurahkan sedikit ide menulis tentang Generasi Digital Native: “menjawab tuntutan zaman.”
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat sangat berdampak pada kehidupan manusia. Bagaimana tidak, kecanggihan teknologi menyeret kita untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Lalu bagaimana dengan kesiapan mental kita? Tentu saja ada yang menerima dan ada yang tidak menerima dengan perubahan tersebut. Dan kita tentu tidak memaksa karena semua berproses. Dalam dunia pendidikan, Penggunaan handphone anroid, tablet, chrome, notebook serta masih banyak jenis lain menuntut agar para peserta didik yang selanjutnya disebut sebagai generasi digital native mau tidak mau dan suka tidak suka harus bisa memanfaatkan sarana tersebut. Dan begitulah perubahan zaman sekarang. Tidak tragis tetapi bagaimana kita menyikapi semuanya itu dengan bijak sehingga tidak terpasung dalam penyalahgunaan teknologi.
Implementasi kurikulum merdeka memang sudah terlalu baik untuk dijalankan. Akan tetapi yang menjadi persoalan lagi, siapkah kita berselancar di dunia maya? Sudah siapkah kita dengan keuangan yang ada untuk sekedar membeli pulsa data? Sudahkah ada jaringan seluler maupun internet? Apakah kita semua sudah menguasai IT? Dan masih banyak pertanyaan pemantik lainnya untuk mengukur kesiapan peserta didik sebagai generasi digital native sekaligus untuk bapak/ ibu guru sebagai pengajar/ pendidik. Karena para generasi digital ini tetap pada pengawasan bapak/ ibu guru dan tentu yang terutama adalah peran orang tua serta masyarakat agar bisa menghasilkan generasi unggul. Di tengah derasnya tuntutan kurikulum merdeka juga kita diharapkan agar bisa menjadi guru yang adaptif dalam perubahan. Dalam hal ini bisa menciptakan rasa takjub dan kasmaran belajar pada diri peserta didik serta selalu siap menghadapi kurikulum yang baru. Penyajian materi yang menarik tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi murid untuk tetap semangat menimba ilmu. Dan penyajian materi menarik selain buku pelajaran perlu juga referensi dari internet.
Lalu bagaimana dengan daerah yang tak tersentuh sama sekali dengan listrik, ketiadaan jaringan internet maupun seluler, ketiadaan handphone android serta sarana lain?
Tentu ini merupakan tantangan yang terberat dalam menciptakan generasi unggul. Menurut saya, semua akan terlaksana jika terjalin komunikasi yang baik antara para pemangku kepentingan dalam hal ini dinas terkait (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan), Dinas KOMINFO , pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan dapat juga berkolaborasi dengan Non Government Organization (NGO) atau lembaga swadaya masyarakat serta pemerhati masalah pendidikan agar dapat menuntaskan masalah tersebut. Kepekaan terhadap masalah seperti diatas hendaknya mendapatkan solusi tepat bukan janji muluk yang habis di teori.
Perubahan zaman terkadang membuat generasi kita menjadi pribadi yang labil. Bagaimana tidak, mereka yang dulunya terbiasa dengan mengerjakan tugas atau baca buku manual, sekarang harus menjelajah internet, waktu banyak terkuras hanya untuk selalu dalam jaringan (online). kita yang terbiasa dengan sesuatu yang mudah, menjadi galau ditengah perubahan tersebut. Lalu bagaimana kita mengatasi kegalauan itu? Pertanyaan seperti ini sebenarnya harus di jawab dengan berdasar pada fakta dan bukan omong kosong belaka. Dalam dunia pendidikan, dan pada sekolah tertentu telah banyak yang menerapkan kegiatan pembelajaran secara daring. Dan tak sedikit pula yang melaksanakan kegiatan pembelajaran secara luring. Tentu tak semudah yang dibayangkan karena untuk mencapai tujuan mulia tersebut banyak pengorbanan yang dilakukan. Untuk sekolah yang menerapkan pembelajaran daring sudah pasti ada jaringan wifi yang memadai, fasilitas listrik juga tentunya menjadi penunjang segala kegiatan serta ketersediaan fasilitas seperti komputer maupun laptop/ notebook/ chrome dan lain- lain. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan sekolah yang belum memiliki fasilitas lengkap. Masalah yang sering ditemui seperti ketiadaan jaringan internet dan ketiadaan listrik merupakan persoalan pelik. Bagaimana tidak, media belajar atau sarana sudah menunjang tetapi jaringan tidak ada. Dengan beragam persoalan tersebut, saya juga menyadari bahwa Generasi digital native harus tetap menjadi generasi berprestasi walau dengan segala keterbatasan. Keterbatasan tersebut jika kita komunikasikan secara baik dengan pemangku kepentingan seperti yang disampaikan sebelumnya, saya optimis ada solusi cemerlang. Hal tersebut memang tidak mudah karena semua berproses.
Menilik kembali tentang generasi digital native yang sangat membooming dengan penggunaan android jika tidak didamping secara baik akan menimbulkan kerentanan (vulnerability) diantaranya: bebas berselancar di internet dengan jam terbang tinggi apalagi kalau tidak ada pengawasan dari orang tua, tingginya angka kriminalitas, kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, banyak perilaku bermuka dua agar terlihat baik didunia maya, lebih banyak followers dari pada dengan teman nyata, banyak yang seperti layaknya patung dengan handphonep ditangan, serta kelakuan aneh dan membahayakan lainnya. Oleh karena itu, saya mengajak para generasi muda agar benar- benar menjadi generasi digital native yang bijak dalam memilah yang terbaik. Bukan untuk sebaliknya menjadi yang terburuk.
Memanfaatkan gadget seperlunya, menemukan hal – hal baru yang dapat meningkatkan prestasi belajar serta aktifitas positif lainnya. Pada akhir tulisan ini saya mengajak para generasi muda agar tetap bijak dan santun dalam menggunakan teknologi. jadilah generasi berprestasi yang membanggakan, karena itulah arti yang sebenarnya dari generasi digital native…
T E R I M A K A S I H
Tentang Penulis:
Warga asli Manggarai yang sekarang menetap di Kabupaten Nagekeo
Guru pada salah satu sekolah di Nangaroro
Wakil ketua KP2AD Desa Woewutu
Sekretaris PKK Desa Woewutu
Pendamping Forum Anak Desa.
Ardhianus