
Teropongindonesianews.com
OLEH : YULIANA GAGARI RAJA PATI LANDOMARI
Wahana Visi Indonesia atau yang sering disingkat WVI mengadakan kegiatan pelatihan sponsorship HP Mobile Horizon untuk kader volunteer Area Program Nagekeo – Ngada (AP NADA).
Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 16 – 19 November 2022 yang bertempat di Kemah Tabor, Mataloko Kabupaten Ngada. Kegiatan ini sekaligus untuk merefresh para kader sponsor agar lebih berdaya juang tinggi dalam melayani anak – anak dan masyarakat di dua kabupaten tersebut. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Inri Yuliet Taroreh dan Chris Prabowo Haryotomo dari WVI jakarta.
Indri dalam pemaparan materinya menyampaikan bahwa ada banyak produk WVI dalam aplikasi terbaru dan ini memudahkan kita untuk mengerjakan produk tersebut lebih baik lagi seperti produk Child Greeting Photo (CGP), Child Greeting Video (CGV), Child Update Video (CUV), Child Update Photo (CUP), CUP sponsor visit, CHOSEN, Community Update Video (YUV), dan Community Updatae Photo (YUP).
Semuanya sudah di setting sedemikian rupa sehingga harapannya para peserta bisa belajar dan harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Aplikasi ini sangat pintar karena lebih mendekatkan kita dengan anak dan juga masyarakat.
“Saat pengambilan foto atau Video, para kader nantinya tidak lagi mengutak atik apa yang telah di setting. Ketika mengambil foto dengan ketentuan vertical/ portrait atau sebaliknya dengan horizon/ landscape dengan durasi waktu semuanya telah di setting.” Ujarnya lagi.
Selain itu, para kader juga diberikan kesempatan untuk menggunakan HP baru untuk melihat aplikasi Horizon Prod. Dalam pengenalan aplikasi tersebut, para kader dilatih secara berulang. Sebagian besar kader sponsorship mengalami kebingungan karena dari pengalaman sebelumnya mereka menggunakan handphone pribadi untuk pengambilan foto dan video anak.
Prabowo dalam kesempatan tersebut memantau kesulitan para kader dalam penggunaan aplikasi tersebut. Dia mengungkapkan bahwa kesulitan yang dialami adalah aplikasi menggunakan bahasa inggris, sehingga perlu disetting dengan menggunakan bahasa indonesia dan juga istilah asing lain yang belum dipahami kader. Dalam aplikasi tersebut tersimpan data anak yang lengkap mulai dari pendidikan, kesehatan, nutrisi, dan keluarga. Peluncuran aplikasi tersebut mendapat antusias dari kader. Salah seorang peserta,
Misthin mengakui bahwa pelatihan ini sangat bagus di era digital. Kami tidak capek seperti yang dikerjakan manual tahun kemarin dan kami senang karena data personal anak yang sebelumnya tidak kami ketahui dapat dilihat langsung sehingga ketika ada pembaharuan kami sendiri yang mengerjakan secara mandiri.
Prabowo juga mengakui bahwa para kader ini sangat luar biasa, ketika diberi kesempatan untuk refresh materi penggunaan aplikasi, mereka sangat bersemangat. Disela kegiatan, seorang kader Mikhael Mane menghibur peserta lain dengan berbagai games menarik. Aksinya yang mengundang tawa membuat mereka semangat.
Disamping itu, tujuan lain dari aplikasi ini adalah untuk memonitoring perkembangan anak. WVI dalam hal ini tentu telah memikirkan yang terbaik untuk anak- anak diseluruh dunia pada umumnya dan Indonesia secara khusus. Hal ini bertujuan agar visi misi WVI benar – benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara luas. Dalam pelayanannyapun tidak ada pembedaan dan sangat mengedepankan kesejahteraan anak. Tentu anak – anak disabilitas dan yang rentan menjadi kelompok prioritas.
Veronika, salah satu staff WVI AP NADA, mengakhiri kegiatan tersebut dengan menguraikan materi tentang faktor kerentanan yang terbagi atas empat bagian :
Kemiskinan dan dampaknya seperti :
Keluarga miskin (penghasilan kurang dari 472.252-/bulan)
Anak dengan gizi buruk
Anak yatim/ piatu
Anak sakit parah
Anak yang tidak tinggal dengan orang tua kandung
Anak tidak/ putus sekolah
Pekerja anak
Penelantaran anak
Anak yang tinggal di slum area (area yang berisiko- area prostitusi)
Diskriminasi
Anak dari kelompok adat yang terpinggirkan
Anak dari kelompok minoritas
Anak dengan kecacatan fisik/ mental
Anak dari kelompok agama berbeda yang terpinggirkan
Anak dengan HIV/AIDS
Anak dari orang tua dengan kecacatan
Anak dari pekerja seks
Anak dari orang tua yang dipenjara
Anak yang tidak mendapat akses layanan dasar
Anak dari orang tua yang belum menikah
Anak dari orang tua dengan HIV/AIDS
Hubungan yang beresiko kekerasan dan eksploitasi
Balita kurang gizi karena asupan gizi kurang dan penyakit yang disebabkan oleh perhatian orang tua kurang
Anak korban kekerasan
Anak yang diperdagangkan
Pekerja anak
Anak korban eksploitasi seksual komersial
Anak berkonflik dengan hukum
Anak jalanan
Pernikahan dini
Anak dipanti/ penjara
Anak yang terpinggirkan karena tingkah lakunya dianggap tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku
Bencana dan dampak bencana
Anak yang tinggal didaerah rawan bencana
Anak pengungsi
Anak yang terpisah dari orang tua karena bencana
Anak yang tinggal di daerah rawan bencan (alam, konflik,perang, teroris)
Anak yang tinggal hanya dengan lansia
Anak yang tinggal diperkebunan, pertambangan, dll.
Vero, demikian biasa disapa menambahkan bahwa setiap anak nantinya akan dimonitoring terus kesehatannya termasuk dengan melihat faktor kerentanan yang ada agar jika ditemui segera melapor kepada staff WVI.
Karena ini juga merupakan salah satu bentuk kepedulian kita terhadap anak. Kedepannya sangat diharapkan agar kegiatan seperti ini lebih intens dan setiap kader juga sangat diharapkan agar bisa merekrut anak – anak yang rentan/ beresiko. Dan pesannya yang terakhir agar para kader lebih semangat melayani, dan menggunakan aplikasi yang disediakan secara bijak.
(Ardianus Anwarto)