Teropongindonesianews.com
SITUBONDO – Waskita Karya merupakan salah satu Badah Usaha Milik Negara (BUMN) yang bermitra dengan Komisi VI DPR RI. Visi yang di emban oleh Waskita Karya menjadi Perusahaan terdepan dalam Membangun Ekosistem yang Berkelanjutan. Sedangkan, misi Waskita Karya untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia Berlandaskan Nilai Inti Perusahaan AKHLAK; Menghadirkan Produk dan Jasa Berkualitas Terbaik Dengan Menggunakan Teknologi Terkini dan Sistem Terintegrasi; Memperkuat Pengelolaan Keuangan, Manajemen Risiko, Dan Tata Kelola Perusahaan; Mengoptimalkan Portfolio Bisnis yang Tepat dan Terukur Serta Menjadi Agen Pembangunan Pemerintah Menuju Indonesia Maju; Memperluas Jaringan Bisnis Internasional Dengan Menjadi Pemain Handal Di Pasar Konstruksi Global dan Memperhatikan Kepedulian Sosial serta Keseimbangan Lingkungan Dalam Aktifitas Bisnis Perusahaan.
Keterangan yang disampaikan Ir. HM Nasim Khan anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB menjelaskan bahwa, Waskita Karya berdiri sejak tahun 1961 melalui proses nasionalisasi perusahaan asing yang awalnya bernama Volker Aannemings Maatschapiij N.V. Waskita Karya mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (IPO) pada bulan Desember 2012 dengan menerbitkan saham baru sebesar Rp 1,2 Triliun. Pada bulan Juni 2015, Waskita Karya menyelesaikan aksi korporasi dengan menerbitkan saham baru (Rights Issue) dengan total nilai Rp 5.3 Triliun.
“Salah satu anak perusahaan Waskita Karya, yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia melalui IPO pada tanggal 20 September 2016 sebesar Rp 5,2 Triliun. Selanjutnya, pada bulan Desember 2021 sampai dengan bulan Januari 2022, Waskita Karya menyelesaikan aksi korporasi dengan menerbitkan saham baru (Rights Issue) total nilai Rp 9,44 Triliun,” jelas Nasim Khan dihadapan peserta sosialisasi Peran Kemitraan UMKM BUMN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Minggu (20/11/2022).
Selanjutnya, sambung Nasim Khan, pada bulan Desember 2022, Waskita akan menyelenggarakan Rights Issue dengan target dana sebesar Rp3,98 triliun. Seluruh dana yang diperoleh dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp3,0 triliun akan digunakan untuk penyelesaian 2 ruas tol eksisting Perseroan, dan dana publik sebanyak-banyaknya sebesar Rp.980 miliar akan digunakan sebagai modal kerja dan capex untuk Perseroan maupun anak perusahaan.
Lebih lanjut, Nasim Khan menjelaskan bahwa, peran Waskita Karya dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia dan Luar Negeri, sebagai agen pembangunan di bidang infrastruktur terus memberikan kontribusi positif untuk seluruh masyarakat dan stakeholders dalam membangun Indonesia. Hal ini diwujudkan melalui pembangunan di berbagai sektor antara lain jalan tol, bendungan, kelistrikan, bangunan gedung, bandar udara, dan jalur perkeretaapian.
“Pada sektor jalan tol, Waskita turut berkontribusi dalam pembangunan beberapa jalan tol dengan total panjang +1.300 Kilometer yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jalan tol yang dibangun oleh Waskita tersebut antara lain jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu sepanjang 16 km, Cimanggis – Cibitung sepanjang 25 km, Cilincing – Cibitung sepanjang 35 km, Cinere – Serpong sepanjang 10 km, Depok – Antasari sepanjang 22 km, Ciawi – Sukabumi sepanjang 54 km, Cileunyi – Sumedang – Dawuan sepanjang 60 km, Gedebage – tasikmalaya – Cilacap sepanjang 207 km,” terang Nasim Khan.
Nasim Khan mengatakan, Waskita Karya juga membangun jalan tol Jakarta – Cikampek II Elevated sepanjang 38 km, Kunciran – Parigi sepanjang 7 km, Kanci – Pejagan sepanjang 35 km, Pejagan – Pemalang sepanjang 57 km, Pemalang – Batang sepanjang 39 km, Batang – Semarang sepanjang 75 km, Yogyakarta – Bawen sepanjang 76 km, Solo – Ngawi sepanjang 108 km, Ngawi – Kertosono sepanjang 90 km, Pasuruan – Probolinggo sepanjang 44 km, Krian – Legundi – Bunder sepanjang 38 km, Salatiga – Kartasura sepanjang 31 km.
Diluar Jawa, kata Nasim Khan, Waskita Karya membangun jalan tol Kayu Agung – Palembang – Betung sepanjang 112 km, Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi sepanjang 62 km, Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat sepanjang 143 km, Bakauheni – Terbanggi Besar sepanjang 41 km, Terbanggi Besar – Pematang Panggang sepanjang 100 km, Pematang Panggang – Kayu Agung sepanjang 85 km, Kayu Agung – Palembang – Betung sepanjang 143 km, Balikpapan – Samarinda sepanjang 7 km, dan Manado – Bitung sepanjang 7 km.
“Manfaat dari pembangunan Jalan Tol Trans Jawa (Jakarta – Surabaya) yaitu dapat memangkas waktu tempuh dari 20 jam menjadi 12 hingga 15 jam. Sedangkan manfaat Jalan Tol Trans Sumatera (Bakauheni – Palembang) yaitu dapat memangkas waktu tempuh dari 12 jam menjadi sekitar 6 jam. Waktu tempuh yang lebih singkat tersebut dapat menurunkan biaya pengiriman logistik khususnya biaya bahan bakar dan menjaga kualitas komoditas yang dikirim tetap baik,” jelas Nasim Khan.
Tak hanya itu yang disampaikan Nasim Khan, namun Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Nasional ini menjelaskan, sepanjang tahun 2021, Waskita Karya melalui anak perusahaannya yaitu PT Waskita Toll Road telah melakukan strategic partnership untuk empat ruas tol antara lain Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Semarang-Batang, Cinere-Serpong, dan Cibitung-Cilincing. Sedangkan sepanjang tahun 2022, Waskita Karya melalui anak perusahaannya yaitu PT Waskita Toll Road telah melakukan strategic partnership untuk tiga ruas tol antara lain Cimanggis-Cibitung, Kanci-Pejagan, dan Pejagan-Pemalang.
“Pada sektor bendungan, Waskita telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Raknamo di Nusa Tenggara Timur, Bendungan Gondang di Jawa Tengah, Bendungan Tapin di Kalimantan Selatan, dan Bendungan Way Sekampung di Lampung. Selain itu Waskita juga tengah membangun beberapa bendungan yang tersebar di seluruh Indonesia antara lain, Bendungan Rukoh di Aceh, Bendungan Leuwikeris di Jawa Barat, Bendungan Karian di Banten, Bendungan Tiga Dihaji di Sumatera Selatan, Bendungan Jlantah di Jawa Tengah, Bendungan Bener di Jawa Timur, Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur, dan Bendungan Margatiga di Lampung. Manfaat pembangunan bendungan tersebut antara lain sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air, sumber irigasi, sumber air bersih bagi masyarakat, dan pengendali banjir,” beber Nasim Khan.
Pada sektor kelistrikan, kata Nasim Khan, Waskita Karya saat ini tengah membangun jaringan transmisi 500 kV di Sumatera yang bertujuan untuk mengalirkan listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara di bagian selatan ke bagian utara Pulau Sumatera. Listrik dialirkan menggunakan jalur transmisi dengan jumlah total sebanyak 1.574 tower transmisi 4 sirkit yang membentang sepanjang 681,43 km dari Muara Enim, Sumatera Selatan sampai dengan Perawang, Riau.
“Proyek pembangunan transmisi 500 kV di Sumatera ini terdiri dari tiga paket. Paket I mencakup 556 tower transmisi yang membentang sepanjang 244 km dari New Aur Duri sampai dengan Peranap, paket II mencakup 379 tower transmisi yang membentang sepanjang 160,59 km dari Peranap sampai dengan Perawang, dan paket III mencakup 639 tower transmisi yang membentang sepanjang 276,84 km dari New Aur Duri sampai dengan Muara Enim,” beber Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo.
Pada sektor bangunan gedung, lanjut Nasim Khan, Waskita Karya telah menyelesaikan beberapa proyek masjid antara lain Pengembangan Pelebaran Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Renovasi Masjid Istiqlal di Jakarta, Masjid Baiturrahman Semarang di Jawa Tengah, dan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo di Jawa Tengah. Sedangkan untuk apartemen, Waskita Karya telah menyelesaikan Vasaka Nines, Yukata Suites, dan Brooklyn di Tangerang, Vasaka The Reiz Condo di Medan, dan 88Avenue di Surabaya. Selain itu, Waskita juga tengah mengerjakan pembangunan Vasaka Solterra di Jakarta.
“Pada sektor bandar udara, Waskita Karya telah menyelesaikan pembangunan beberapa bandara antara lain Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Sarana dan Gedung Bandara Kertajati Jawa Barat, Terminal dan Sarana Bandara Ahmad Yani Semarang Jawa Tengah, serta Runway, Apron, Taxiway Bandara APT Pranoto Samarinda Kalimantan Timur, Terminal Baru Bandara Minangkabau Padang Sumatera Barat, dan Renovasi Terminal 1 Juanda Jawa Timur. Manfaat pembangunan bandara tersebut antara lain adalah peningkatan jumlah pergerakan pesawat per hari, peningkatan jumlah penumpang per hari, dan peningkatan pergerakan kargo per hari,” terang Nasim Khan.
Pada sektor jalur perkeretaapian, papar Nasim Khan, Waskita Karya telah menyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana kereta api antara lain Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan dan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta. LRT Sumatera Selatan membentang sepanjang 23,4 Km melewati 13 stasiun antara lain Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Stasiun Asrama Haji, Stasiun Punti Kayu, Stasiun RSUD Palembang, Stasiun Garuda Dempo, Stasiun Demang, Stasiun Bumi Sriwijaya, Stasiun Dinas Perhubungan, Stasiun Cinde, Stasiun Ampera, Stasiun Polrestabes, Stasiun Jakabaring Sport City, dan Stasiun DJKA. Jalur LRT Sumatera Selatan ini dibangun dalam rangka mendukung pelaksanaan Asian Games 2018.
Sedangkan untuk Jalur Kereta Bandara Soekarno Hatta, imbuh Nasim Khan, pekerjaan Waskita Karya mencakup pekerjaan lintasan double track dari Manggarai sampai Bandara Soekarno Hatta sepanjang 36 Km serta pekerjaan gedung Stasiun BNI City, Stasiun Duri, Stasiun Batuceper, dan Stasiun Bandara Soekarno Hatta. Selain itu Waskita juga mengerjakan lima jembatan masing-masing di lokasi Jembatan Daan Mogot Jakarta Barat, Jembatan Union Jakarta Barat, Jembatan Pembangunan Tangerang, Jembatan Garuda Tangerang, dan Jembatan AP2 Tangerang.
“Selain di dalam negeri, Waskita Karya juga mengerjakan proyek di luar negeri. Waskita Karya telah menyelesaikan antara lain King Faisal Specialist Hospital dan Research Centre, King Abdullah Financial District, Burj View Development, dan Mataf Masjidil Haram di Arab Saudi, Abu Dhabi Financial Center, dan Legend Plaza Residential Apartment di Uni Emirat Arab, Bandara Suai dan Jalan Oecusse di Timor Leste,” kata Nasim Khan.
Nasim Khan juga menjelaskan bahwa Waskita Karya juga telah melakukan Transformasi Digital. “Transformasi digital Waskita Karya sudah dimulai sejak tahun 2016. Transformasi itu perlu dilakukan karena Perseroan saat itu mengalami pertumbuhan besar-besaran (supergrowth). Pertumbuhan itu terjadi setelah Waskita Karya memperoleh tugas dari pemerintah untuk menuntaskan pembangunan jalan tol, khususnya tol Trans Jawa,” jelas Nasim Khan.
Munculnya pandemi Covid-19 pada tahun 2020, kata Nasim Khan, menyebabkan realisasi proyek-proyek yang sudah direncanakan yang tidak berjalan sesuai dengan harapan. Kondisi ini mengharuskan jajaran manajemen Waskita Karya membuat program penyehatan keuangan yang terdiri dari 8 stream. Dari 8 stream itu, salah satu strateginya adalah membuat transformasi bisnis dengan digitalisasi sebagai salah satu pilar transformasi. Digitalisasi dijadikan sebagai salah satu pilar karena keyakinan Waskita Karya bahwa digitalisasi ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
“Dengan ditetapkannya digitalisasi sebagai salah satu pilar transformasi bisnis Waskita Karya, jumlah aplikasi yang dimanfaatkan perusahaan berkembang pesat. Dari aplikasi ERP dan dua aplikasi untuk line of business, sampai tahun 2022 ini, digitalisasi di Waskita Karya sudah menghasilkan total 26 aplikasi. Digitalisasi pada proses bisnis Waskita Karya yang terbagi dalam empat tahap: bidding/marketing, engineering, procurement, dan construction,” beber Nasim Khan.
Di proses bidding, lanjut Nasim Khan, terdapat winning war room, dengan memanfaatkan aplikasi Welcome. Aplikasi Welcome memuat seluruh data tentang pasar, tender yang diikuti, dan status tender. Melalui winning war room ini, tim marketing dapat berkolaborasi dengan divisi-divisi lain yang terkait proses tender untuk menyiapkan strateginya. Sebelum ini, koordinasi proses tender, termasuk proses bidding, berlangsung secara parsial. Namun, setelah adanya winning war room ini, pengalaman Waskita Karya semakin pesat, winning rate Waskita Karya naik, dari maksimal 20%, sekarang hampir menyentuh angka 30%. Jadi dari sepuluh tender yang diikuti, Waskita Karya bisa menang tiga. Sementara dulu hanya satu atau dua tender saja.
Terkait engineering, jelas Nasim Khan, Waskita Karya memanfaatkan Virtual Desktop Infrastructure (VDI). Dengan VDI, perusahaan tidak perlu lagi menyediakan perangkat keras dengan spesifikasi tinggi dan harga mahal untuk aktivitas tim engineering. Misalnya, perusahaan harus menyediakan laptop berspesifikasi tinggi untuk penggunaan aplikasi Building Information Modelling (BIM) oleh tim engineering yang bertugas di berbagai proyek Waskita Karya.
“Ketika perusahaan harus menggarap 100 proyek, bisa dibayangkan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembelian laptop. Dengan memanfaatkan VDI, Waskita Karya bisa mengurangi biaya sehingga tinggal 20% (penggunaan perangkat laptop). Ini sangat mengurangi biaya. Dengan cloud-based design dan rendering process, tim engineering bisa melakukan tugasnya menggunakan laptop dengan spesifikasi yang lebih rendah. Bahkan untuk pengerjaan proyek di luar negeri, salah satunya di Sudah Selatan, Waskita Karya akan memanfaatkan VDI,” ujar Nasim Khan.
Untuk kebutuhan procurement, lanjut Nasim Khan, Waskita Karya pada bulan Oktober lalu meluncurkan aplikasi e-procurement yang dinamai We-Proc. Aplikasi pengadaan ini mewadahi pembeli dan rekanan untuk melakukan pengadaan secara digital. Dengan adanya aplikasi We-Proc, proses procurement kini bisa dilakukan secara tersentralisasi. Manfaat yang didapat, yakni skala dan harga yang relatif jauh lebih kompetitif dan compliance yang lebih baik dari sebelumnya.
“Untuk proses construction, Waskita Karya memanfaatkan teknologi virtual reality sebagai media koordinasi BIM. Tak hanya berhenti di implementasi teknologi, namun Waskita Karya kini sedang berupaya untuk meraih gelar National Lighthouse. Sebagai informasi, National Lighthouse Industri 4.0 menjadi contoh dalam transformasi digital dan penerapan teknologi 4.0. Perusahaan-perusahaan ini dianggap layak menjadi role model bagi pelaku industri di sektornya serta dapat menjadi mitra dialog pemerintah dalam implementasi Industri 4.0 di Indonesia,” pungkas Nasim Khan, pria kelahiran Asembagus Situbondo. (Nuzul)