Teropongindonesianews.com
MAUMERE – Pembangunan tempat ibadah dan penataan ketersediaan sarana prasarana dan fasilitas lainnya merupakan salah satu aspek penting dalam upaya peningkatan kualitas iman umat. Tentu kita tidak menafikan bahwa hal-hal seperti membangun, merehab dan memperindah gedung gereja, pagar pengaman atau penataan lingkungan dan pengadaan sarana, fasilitas dan perlengkapan liturgi merupakan hal yang penting dilakukan untuk mendukung kenyamanan proses peribadatan dan bermuara pada peningkatan partisipasi dan kualitas iman umat.
Pembangunan gedung gereja Stasi Patisomba Paroki Santa Maria Magdalena Nangahure telah selesai dan sudah diberkati/ditahbiskan oleh yang mulia Bapak Uskup Maumere. Kita tentu sangat mengapresiasi kinerja para tukang, Panitia, Pengurus Stasi, Lingkungan dan Komunitas Umat Basis (KGB) dan mengucapkan terima kasih berlimpah kepada Bapak Uskup Maumere, Pastor Paroki, para donatur, dan umat yang telah mendukung, bekerja keras dan bahu-membahu suskeskan pembangunan Gereja tersebut sesuai target. Umat Stasi Patisomba kini tampil dengan wajah gereja yang baru. Gereja tersebut pun tampak megah, kokoh dan indah. Sentuhan warna interior dan eksterior oleh arsitek sungguh memanjakan mata setiap umat yang datang.
Gedung gereja yang di hamparan bebukitan Patisomba dan berhadapan langsung dengan pantai Laut Flores itu seakan berkisah tentang kebesaran, kemuliaan dan kebaikan Tuhan. Ketika berada di sekitarnya apalagi sejanak berada dan berdoa di dalam gereja itu, sungguh kita dihantar kepada sebuah kekaguman dan syukur tak terhingga atas kemurahan dan keagungan Tuhan. Kasih Tuhan begitu indah dan nyata tergambar dalam diri mereka yang dengan ikhlas menderma-baktikan segalanya hingga rumah Tuhan itu kokoh dan megah berdiri.
Pembangunan gedung gereja tersebut menuia banyak pujian dan apresiasi. Selain merupakan gereja terbaik untuk Paroki bahkan Keuskupan Maumere tapi juga pembangunannya sesuai target. Semua komponen gereja: Bapak Uskup, Pastor Paroki, DPP, Panitia Pembangunan, Pengurus stasi, lingkunan dan KBG, umat dan para donatur, mengagumi dan bereforia dengan keberhasilan dan keindahan gereja itu. Bapak Uskup Maumere dimohon untuk memberkati gereja tersebut sebelum perayaan ekaristi kudus dirayakan. Serangkaian acara syukuran setelah ekaristi digelar dengan suka cita.
Kini semua tinggal kenangan. Semua telah berlalu dan akan berubah dari waktu ke waktu. Lalu, apa yang tidak berubah? Apa yang paling penting dalam hidup ini? Herakleitos, tokoh ilmu pengetahuan dan filsafat di zaman Yunani Kuno ini menegaskan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah perubahan. Perubahan adalah inti dari kehidupan ini. Sama seperti Herakleitos, Aristoteles pun berkeyakinan sama. Salah satu filsuf besar ini sekali lagi menegaskan bahwa perubahan adalah bagian penting dari kehidupan ini.
Karena itu saya kira semua kita sepakat bahwa kita tidak sekedar mengagumi keberhasilan para pekerja, panitia, pengurus stasi dan umat bereforia mengagumi gedung gereja baru itu. Hal mendasar yang harus menjadi perhatian dan tanggungjawab umat semua adalah pertama, bagaimana melakukan transformasi (perubahan) sikap-mental dan perilaku dalam kaitan dengan perawatan, pemanfaatan gedung gereja itu dan terutama penataan mutu atau kualitas iman umat dalam kehidupan menggereja ke depan. Dan kedua, bagaimana kerja sama internal (komunikasi dan koordinasi) yang baik antara pengurus stasi, lingkungan, KBG dengan DPP Paroki dan terutama dengan pastor paroki harus terus menerus dibangun dan diperbaiki. Sehingga perubahan yang merupakan cita-cita bersama bisa dirasakan.
Hal-hal tersebut di atas adalah keniscayaan untuk terus dibangun demi memperkokoh dan meningkatkan kualitas pelayanan para pelayan pastoral dan kualitas iman umat khususnya dalam upaya membangun kehidupan menggereja. Sehingga perubahan yang merupakan inti dan bagian penting dari kehidupan ini bisa dialami dan dirasakan dari waktu ke waktu. Tidak cukup jika hanya gedung gerejanya yang berubah; makin “lux”, makin cantik, megah dan kokoh, ada taman, pagar pengaman dan lain-lain tapi sikap iman, mentalitas dan perilaku tetap sama. Apakah akan ada perubahan dalam menjaga dan merawat gedung gereja, sarana dan fasilitasnya? Sebagai contoh, perubahan perilaku meninggalkan sampah di dalam gereja, menulis nama-nama pada bangku dan tembok gereja, makin banyak umat hadir misa setiap minggu, dan lain-lain.
Perubahan dan peningkatan sikap-mental, kualitas iman dan sikap iman atau kesaksian iman umat dan para pelayan pastoral di tengah kehidupannya setiap hari adalah hal yang niscaya terus diperbaharui. Gedung gereja baru yang indah dan kuat, megah dan kokoh memang perlu terus dirawat dan dijaga. Tapi keindahan, kekokohan dan kemegahan iman umat jauh lebih penting untuk terus dirawat dan dijaga dengan memanfaatkan sebaik mungkin gedung gereja yang ada, sarana dan fasilitasnya sebagai sarana untuk bertemu Tuhan dalam doa dan Ekaristi Kudus setiap Minggu atau setiap hari. Semua harapan yang disampaikan Bapak Uskup Maumere, Pastor Paroki maupun para donatur dalam sambutan mereka saat perayaan misa penthabisan/pemberkatan gereja pada tanggal 25 Maret 2023, tidak lain adalah demi perubahan sikap mental dan perubahan sikap iman dalam kehidupan menggereja.
Penataan Mutu Iman :
Iman adalah sesuatu yang hidup dan tampak dalam perbuatan atau keterlibatan. Iman tanpa keterlibatan/perbuatan adalah mati. Penataan pertama dan utama adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas/mutu iman umat yang senantiasa terlibat. Dan kualitas iman itu sangat berkaitan erat juga dengan program pastoral yang telah dirancang dalam Renstra Pastoral, yang peranannya terletak pada profesionalisme dan keterlibatan aktif dan sadar para pengurus/pelayanan pastoral gereja mulai dari tingkat KBG sampai DPP. Para pelayan pastoral memainkan peranan strategis dalam mensukseskan program-program pastoral paroki/keuskupan dan dalam keseluruhan proses peningkatan kualitas iman umat (keterlibatan) dalam kehidupan menggereja.
Setiap upaya peningkatan mutu iman umat seharusnya dimulai dari para pelayan pastoral paroki, stasi, lingkungan dan KBG, yakni dengan meningkatkan profesionalisme dan partisipasi aktif (keterlibatan) pengurus dalam menjalankan tugas-tugas dan berbagai aktivitas gerejani, selain aspek perilaku dan sosial (kesaksian iman) di tengah umat. Belum lagi berkaitan dengan “leadership” yang transformative serta kemampuan evaluasi dan monitoring terhadap program-program pastoral yang telah dihasilkan dalam Renstra. Hal-hal seperti ini harus senantiasa ditata/ditingkatkan agar perubahan peningkatan kualitas iman (keterlibatan) dan kehidupan menggerja umat/pelayan pastoral sungguh dirasakan.
Karena itu, upaya untuk terus meningkatkan partisipasi, profesionalisme para pelayan pastorlal adalah keniscayaan. Sehingga mereka memiliki motivasi tinggi untuk terus mendampingi umat dengan hati yang mengbadi dan melayani. Cita-cita peningkatan kualitas hidup umat, iman dan partisipasinya dalam kehidupan menggereja pun dapat tercapai.
Gereja bukan tempat mengais sesuap nasi, apalagi tempat untuk korupsi. Gereja adalah tempat berbakti dan melayani. Pengabdian tanpa pamrih dan motivasi surgawi merupakan makna bahwa pelayan pastoral adalah pahlawan tanpa jasa di dunia tapi upahnya besar di surga. Artinya, pengabdian para pelayan pastoral menjadi prioritas agar bisa menghasilkan umat yang tidak hanya memiliki gereja yang gagah dan megah secara fisik tapi memiliki umat yang berdaya secara ekonomi, solider, partisipatif dan mampu memaknai seluruh peristiwa hidupnya dalam perspektif kehendak yang ilahi.
Peningkatan kerja sama ” Saya sepakat dengan salah satu hal yang diangkat dan disampaikan bapak uskup dalam sambutannya atau para donatur yakni soal kerja sama. Kerja sama mengandaikan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik dan maksimal, jujur dan terbuka dalam kerja-kerja pastoral atau dalam pembangunan apa saja dalam lingkup paroki. Kerjasama (koordinasi dan komunikasi) para pelayan pastoral di berbagai tingkatan kepengurusan (pengurus DPP, DPS, lingkungan dan KBG) dan berbagai kegiatan pastoral dan pembangunan dengan pastor paroki mengindikasikan bahwa kita semua (pelayan pastoral dan umat) adalah satu kesatuan sebagai satu paroki dengan pimpinan tertinggi (gembala) adalah pastor paroki. Dalam struktur organisasi pastoral paroki, Pastor Paroki adalah Ketua Umum.
Kerjasama yang baik tersebut tidak lain merupakan usaha untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama yaitu perubahan tingkat kualitas iman umat yang nampak dalam keterlibatannya dalam kehidupan menggereja atau berparoki selain dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, hubungan yang harmonis dan kerja sama antara para pelayan pastoral dengan pastor paroki dan pelayan pastoral dengan umat serta semua komponen yang ada di tengah masyarakat adalah hal yang penting dan niscaya dilakukan.
Menurut B. Suryosubroto (2004:16) kerjasama dikarenakan adanya: Pertama, Kesamaan Tanggung Jawab. Pastor Paroki, DPP, DPS, Pengurus Lingkungan dan KBG demikian juga umat memiliki tanggung jawab yang sama. Perubahan sikap-mental dan sikap iman dalam kehidupan berparoki atau kehidupan menggereja hanya bisa terjadi jika para pelayan pastoral dan umat memiliki kesamaan cita-cita dan tanggung jawab. Obama, terkenal dengan semboyang: “Change and Yes We Can”. Dia menawarkan perubahan. Jika semua orang memiliki cita-cita yang sama, maka perubahan akan dapat terjadi kita lakukan
Kedua, Kesamaan Tujuan. Pimpinan gereja, pastor paroki, DPP dan para pelayan pastoral tentu memiliki kesamaan tujuan yaitu agar kelak kita tidak hanya menjadi manusia dan warga gereja yang memiliki sarana ibadah yang berkualitas tapi umat yang memiliki kualitas iman yang kokoh dan kuat (peka, solider, komunikatif dan partisipatif) kendatipun diterpa badai kehidupan.
Tanggungjawab Keluarga (Orang tua)
Rumah tangga keluarga adalah lingkungan pembentukan dan pendidikan pertama dan utama iman anak selain watak dan pendidikan karakter anak. Keluarga hendaklah kembali menjadi school of love dan school of truth sekolah untuk kasih sayang, tempat belajar termasuk tempat belajar anak-anak tentang keyakinan dan iman dengan penuh cinta dan kasih sayang. Antara keluarga (orangtua), umat dan gereja/paroki (pelayan pastoral) secara sosiologis merupakan unsur-unsur dalam satu ikatan, komponen-komponen dalam satu sistem, yaitu sistem pendidikan dan peningkatan kualitas iman.
Hubungan gereja/paroki dengan umat serta hubungan gereja/paroki dengan para pelayan pastoral, cukup menentukan dan berperan dalam usaha pembinaan pertumbuhan dan pengembangan iman. Oleh karena itu, hubungan tersebut perlu dibina, dibangun dan dipelihara sebaik-baiknya karena merupakan jembatan saling pengertian sehingga dapat berpartisipasi secara positif dan dapat memberikan dukungan moral dan material secara ikhlas dalam upaya mengolkan cita-cita bersama.
Orangtua/keluarga adalah komponen pendidikan iman anak yang sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas iman dan partisipasi dalam kehidupan menggereja. Maju mundurnya kualitas iman dan partisipasi dalam kehidupan menggereja ada pada pundak keluarga selain umat, pelayan pastoral dan pimpinan gereja. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Artinya mampu melaksanakan fungsinya sebagai alat yang dipakai Tuhan untuk memberikan motivasi dengan pewartaan dan kesaksian iman yang hidup dan menfasilitasi demi terciptanya perubahan sikap-mental dan sikap iman di tengah kehidupan umat.
(Don Bosko)