Teropongindonesianews.com
Banyuwangi, Jawa Timur – Masyarakat awam kerap menganggap pendeknya anak sebagai faktor keturunan, tanpa menyadari bahwa stunting, masalah kurang gizi kronis yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, dapat dicegah. Di Desa Bengkak, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, upaya pencegahan stunting tengah digencarkan dengan fokus pada sosialisasi pola makan sehat dan bergizi bagi balita.
Bertempat di Taman Posyandu Durian Montong, Dusun Krajan, Desa Bengkak, kegiatan sosialisasi yang dihadiri oleh puluhan ibu dan balita, dipimpin oleh Catur Sulistyo Rini, Ketua PAC Fatayat NU Kecamatan Wongsorejo. Sosialisasi ini menekankan tiga pilar penting pencegahan stunting, yaitu perbaikan pola makan, pola asuh, serta sanitasi dan akses air bersih.
Mustain Romly, Kepala Desa Bengkak, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kesehatan merupakan masalah hilir. “Seringkali, masalah non-kesehatan seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, dan degradasi lingkungan menjadi akar dari masalah stunting,” tegasnya.
Oleh karena itu, Mustain menekankan bahwa pencegahan stunting membutuhkan peran aktif dari semua sektor dan lapisan masyarakat.
Salah satu poin penting dalam sosialisasi adalah konsep “Isi Piringku” yang menekankan pentingnya gizi seimbang. Anak-anak dalam masa pertumbuhan, khususnya, dianjurkan untuk memperbanyak sumber protein, baik nabati maupun hewani, serta tetap mengonsumsi buah dan sayur.
Sosialisasi juga menyoroti pentingnya pola asuh yang baik dalam pencegahan stunting. Mulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja hingga pemahaman calon ibu akan pentingnya kebutuhan gizi selama kehamilan dan stimulasi bagi janin.
Ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama masa kehamilan. Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia enam bulan juga menjadi poin penting.
“Setelah enam bulan, ASI bisa dilanjutkan hingga usia dua tahun, namun perlu diberikan makanan pendamping ASI,” tambah Mustain.
Akses terhadap sanitasi dan air bersih juga menjadi fokus penting dalam pencegahan stunting. Masyarakat didorong untuk membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta tidak membuang air besar sembarangan.
“Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua, khususnya ibu, dalam mengatur kesehatan dan gizi keluarga,” jelas Mustain.
Oleh karena itu, edukasi menjadi kunci untuk mengubah perilaku yang mengarah pada peningkatan kesehatan gizi bagi ibu dan anak.
Dengan gencarnya sosialisasi dan komitmen bersama, Desa Bengkak optimistis dapat menurunkan angka stunting dan mewujudkan anak-anak yang tumbuh sehat dan berkualitas.
Kurniadi/BWI