
Teropongindonesianews.com
Tulungagung – Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1447 H sekaligus tradisi tahunan Bersih Desa (Kembul Kajat), Pemerintah Desa Rejosari menggelar Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk pada Jumat malam (27/6) di pelataran Balai Desa Rejosari Kecamatan Gondang. Kegiatan ini menjadi puncak rangkaian acara Bersih Desa, setelah sebelumnya masyarakat melaksanakan doa bersama pada malam Jumat (26/6) sebagai wujud rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan desa.
Pagelaran wayang kulit yang menghadirkan Ki Dalang Eko Kondho Prisdianto dari Tulungagung ini mengambil lakon “Semar Mbangun Khayangan”, yang sarat makna filosofi kehidupan, spiritualitas dan keteladanan. Ribuan warga dari berbagai desa antusias menyaksikan pertunjukan hingga dini hari. Meski berlangsung dengan meriah dan penuh semangat kebersamaan, namun kesakralan acara tetap terjaga dengan khidmat.
Kepala Desa Rejosari, Hasyim Purnama, S. Sos, dalam sambutannya menyampaikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan Bersih Desa ini merupakan bentuk pelestarian adat dan budaya yang selaras dengan nilai-nilai religi.
“Pagelaran wayang kulit ini adalah wujud syukur masyarakat atas limpahan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Meriahnya acara ini sama sekali tidak mengurangi nilai-nilai sakral yang menjadi inti dari Bersih Desa,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia yang sekaligus sebagai Ketua Lembaga Adat Desa, Kardjianto, menambahkan bahwa antusiasme masyarakat yang tinggi menjadi semangat tersendiri bagi panitia dalam menyiapkan rangkaian acara bersih desa ini.
“Rangkaian acara ini kami mulai kemarin malam dengan doa bersama yang diikuti oleh warga dari dua dusun. Lalu kami akhiri dengan pagelaran wayang kulit sebagai simbol harapan dan tontonan yang memuat tuntunan moral bagi masyarakat,” jelasnya
.
Di sisi pengamanan, Ketua Seksi Keamanan, Nuryanto, menegaskan bahwa kegiatan berjalan dengan tertib, aman dan tanpa kendala berarti.
“Dukungan dari rekan-rekan seksi keamanan, linmas, Babinsa dan Babinkamtibmas membuat pelaksanaan acara malam ini berlangsung damai, tertib dan aman. Masyarakat pun sangat kooperatif,” katanya.
Salah satu tokoh masyarakat, Angga WP, memberikan apresiasi terhadap terselenggaranya kegiatan yang menurutnya mengandung banyak nilai positif.
“Saya melihat masyarakat sangat guyub dan tertib. Ini bukan sekadar tontonan. Apalagi diawali dengan doa bersama, ini benar-benar kegiatan yang komplet: budaya, spiritual, dan sosial menyatu,” tuturnya.
Pagelaran berakhir menjelang Subuh dan ditutup dengan doa bersama oleh tokoh agama setempat. Kegiatan ini diharapkan dapat terus menjadi tradisi tahunan yang memperkuat identitas budaya dan religiusitas masyarakat Desa Rejosari.
GTT Biro Tulungagung