Teropongindonesianews.com
Dionisius Ngeta
Warga RT/RW 018/005 Kelurahan Wuring Kec. Alok Barat
Paket JOSS telah sah ditetapkan oleh Penyelengara Pemilu (KPU) sebagai Paket yang memenangkan kontestasi Pilkada Sikka. Masyarakat Nian Tana Sikka bukan hanya telah mendapatkan seorang kepala daerah yang baru tapi juga termuda. Juventus Prima Yoris Kago kelahiran Maumere 30 Mei 1991 adalah pemimpin muda pilihan milenial dan mayoritas masyarakat Nian Tana Sikka.
Masyarakat Sikka telah memenangkan JOSS yang dipersepsikan sebagai Paket Milenial dengan raihan 8019 suara. Pasangan Juventus Prima Yoris Kago dan Simon Subandi Supriadi unggul dari paket SAR yang menempati posisi kedua pada kontestasi Pilkada Sikka 2024. Pertanyaan kita, bagaimana ideal pemimpin muda di zaman mileniel untuk Nian Tana Sikka lima tahun ke depan?
Hakikat Kepemimpinan Ideal di Era Mileniel.
Sejatinya kepemimpinan mileniel dimengerti sebagai kepemimpinan yang selaras dengan generasi masa kini. Generasi masa kini adalah generasi baru kelahiran 1980-an. Anak-anak generasi ini memegang peranan penting. Saat ini mereka memasuki usia-usia produktif.
Pada usia 30-an tahun, generasi inilah yang menggerakan dunia kerja, dunia krativitas dan inovasi. Mereka mempengaruhi pasar dan industry global yang ada sekarang dan sedang menggelinding di lapangan kompetisi dunia kerja, dunia kreativitas dan dunia inovasi. Karena itu pula mereka yang lahir pada era 1980-an ke atas biasa disebut generasi milenial.
Generasi milenial memiliki karakter tersendiri. Mereka memiliki kemampuan akses teknologi informasi lebih baik dari generasi sebelumnya. Media sosial merupakan bagian dan menyatu dengan hidup mereka. Demikian juga internet menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang selalu diakses kapan dan di manapun.
Generasi milenial lebih memiliki keberanian dalam berinovasi. Mereka lebih termotivasi menciptakan startup atau merintis usaha dan bisnis baru. Hal itu merupakan tantangan yang membuat adrenalin mereka mengalir. Mobilitas dan aksesibilitas jauh lebih cepat dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Mereka juga lebih suka akan independensi dan kemandirian. Independensi merupakan kebutuhan yang lahir dari gaya hidup yang ingin bebas dan mandiri dalam melakukan sesuatu. Mereka resisten jika diatur-atur.
Mereka juga lebih suka sesuatu yang instan. Mungkin ciri ini bisa dipersepsikan secara positif dan negatif. Positifnya, generasi milenial suka yang praktis dan simpel. Negatifnya, mereka mungkin memiliki daya tahan dan daya juang yang lebih rendah terhadap tekanan dan stress karena terbiasa melakukan sesuatu dengan cepat dan mudah sehinga kurang sabar jika hasil yang diperoleh tidak muncul seketika.
Dengan memahami karakteristik generasi milenial ini, kepemimpinan yang muncul pun perlu menjadi bagian dari figur yang cocok dengan mereka. Namun penerjemahan tentang kepemimpinan milenial pun masih sangat fleksibel dan belum ada definisi mutlak dari para pakar kepemimpinan.
Walaupun demikiian beberapa hal berikut ini perlu digarisbawahi dalam pola kepemimpinan di era milenial antara lain:
Pertama, kepemimpinan milenial perlu memahami dan memakai pola komunikasi generasi milenial yang dipimpinnya. Penggunaan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Youtobe, MeTube dan saluran komunikasi terbaru lainnya yang menjadi arus utama dalam kehidupan generasi muda adalah keniscayaan bagi seorang pemimpin dalam mengemban tugas yang dimandatkan masyarakat.
Kedua, kepemimpinan milenial perlu mendorong inovasi, kreativitas dan jiwa entrepreneurship generasi baru itu. Semua saluran inovasi, kreativitas dan jiwa netrepreneurship harus dirancang dengan baik dan konkrit. Wacana saja tidak cukup. Harus ada proses yang benar-benar dapat dinikmati oleh generasi milenial untuk mengembangkan dirinya. Misalnya pemimpin milenial perlu membangun sentra-sentra kreativitas bagi generasi milenial, memperbanyak workshop dengan peralatan dan teknologi terbaru agar gagasan dan ide generasi milenial itu dapat diakomodir dan tersalurkan.
Ketiga, kepemimpinan milenial perlu mendukung kemandirian dan jiwa entrepreneurship milenial. Membangun bangsa dan terutama membangun daerah harus memiliki fondasi utama yakni kemandirian dan jiwa entrepreneurship.
Pemimpin Muda Ideal Di Era Milenial
Tak dapat dipungkiri bahwa praktek kepemimpinan berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Kepemimpinan pada era milenial selain harus memiliki pendekatan yang khas tapi juga dibutuhkan karakter kepemimpinan yang mampu mereduksi berbagai sikap negatif dan mampu mengeluarkan semua potensi positif kaum milenial seperti melek teknologi, cepat, haus ilmu pengetahuan dan publikasi.
Beberapa karakteristik kepemimpinan di bawah ini mungkin dibutuhkan dari seorang pemimpin muda di era milenial.
Pertama, pemimpin dengan karakter digital mindset. Tak dapat dpungkiri bahwa semakin banyak orang apalagi generasi milenial yang menggunakan smartphone. Akses komunikasi antar individu pun sudah tidak ada jaran dan tak bersekat lagi. Ruang pertemuan fisik beralih ke ruang pertemuan digital.
Karena itu pemimpin pada era milenial harus memiliki pola pikir yang mendasari sikap, perilaku, pandangan dan tindakan yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghadirkan proses kerja yang efesien dan efektif. Misalnya rapat via WA ataupun Anywhre Pad atau membuat product knowledge via WA dan lain-lain.
Jika seorang pemimpin tidak berupaya mendigitalisasi pekerjaannya pada era digital ini, maka dia dianggap tidak adaptif. Development Dimensions International dalam penelitiannya tahun 2016 mengungkapkan bahwa mayoritas millennial leader menyukai sebuah perusahaan yang fleksibel terhadap jam kerja dan tempat mereka bekerja. Hal ini tentu disebabkan karena kecanggihan teknologi yang membuat orang bisa bekerja di mana dan kapan saja.
Kedua, Pemimpin dengan karakter observer dan active listener. Pemimpin dengan karakter dan kualifikasi ini selalu menjadi observer dan pendengar aktif bagi bawahannya. Apalagi mayoritas timnya adalah kaum milenial. Hal ini disebabkan karena kaum milenial tumbuh berbarengan dengan hadirnya media sosial yang membuat mereka kecanduan untuk diperhatikan. Mereka akan sangat menghargai dan termotivasi jika diberikan kesempatan untuk berbicara, berekspresi dan diakomodasi ide-idenya.
Ketiga, pemimpin dengan karakter agile. Pemimpin yang agile dapat digambarkan sebagai pemimpin yang cepat beradaptasi, ringan bergerak menyelesaikan soal terutama yang bersifat darurat, cerdas melihat peluang bahkan di tengah tantangan dan kesulitan dan lincah memfasilitasi perubahan.
Pemimpin dengan karakteristik ini juga selalu open minded dan memiliki ambiguity acceptance. Ia bersedia menerima ketidakjelasan (Jamil Azzaini, motivator). Ia mampu mengajak lembaga yang dipimpinnya untuk dapat dengan cepat mengakomodasi perubahan.
Kelima, pemimpin dengan karakter inclusive. Dalam konteks kepemimpinan, pemimpin dengan karakter ini selalu memasuki cara berpikir orang lain dalam melihat masalah. Di tengah kompleksitas perbedaan pandangan dan pemikiran, ia selalu menerima dan menghargainya dan menggunakannya untuk mencapai tujuan. Ia juga selalu memberikan pemahaman akan pentingnya nilai, budaya dan visi-misi organisasi kepada timnya secara paripurna.
Keenam, pemimpin dengan karakter Brave to be Different. Pada zaman sekarang masih banyak pemimpin yang tidak berani untuk mengambil sebuah langkah atau keputusan penting dalam pencapain cita-citanya karena takut kehilangan popularitas dan elektabilitas atau takut bertentangan dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Sering orang membenarkan yang biasa daripada membiasakan yang benar.
Hal ini kadang kala menjadi hambatan untuk memajukan daerah dan menjadi tantangan bagi para pemimpin milenial dalam mengubah kondisi atau keadaan daerahnya dan dalam menanamkan nilai-nilai bahwa berbeda itu boleh asalkan dengan perencanaan dan tujuan yang jelas.
Realisasi Janji Ideal Pemimpin Milenial?
Janji bukan soal kemampuan mengartikulasikan kata tapi soal bukti bahwa telah direalisasi agar harapan atas hal yang dijanjikan menjadi nyata dan keadaban para pihak yang terlibat memberikan janji dimuliakan. Yang terpenting dari janji yang sudah diumbar ke ruang publik bukanlah kata-kata, tetapi tindakan. Tindakan yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan dan dapat diandalkan untuk selanjutnya. Di sini harus ada kesetiaan menempati janji.
Kesetiaan dalam janji adalah ketulusan dan kecintaan untuk menyimpan setiap hati (masyarakat) yang dijanjikan di dalam hati dengan sebuah ikhtiar untuk tidak menghianati. Karena itu janji harus bisa dibayar lunas dengan kenyataan untuk masyarakat sebagai salah satu tolak ukur penilaian seberapa besar kredibilitas pemimpin terhormat.
Karena itu hemat saya harga sebuah janji tidak hanya diucapkan dengan kata-kata. Tetapi lebih dari itu karena: Pertama, ada keterikatan moral untuk melaksanakannya. Janji akan jadi hambar jika sering-sering diucapkan tapi nihil pelaksanaan atau tanpa kenyataan.
Kedua, dapat diandalkan. Ketika janji dapat dilaksanakan sebagai bentuk pertanggungjawaban moral, maka kredibilitas masyarakat tehadap seorang pemimpin akan terus meningkat. Tentu akan terus diandalkan atau terus dipercayai masyarakat untuk selanjutnya. Karena harapan mereka telah menjadi kenyataan, janji telah terbukti. Ada komitmen dan kesetiaan untuk terpenuhi.
Menurut Daryonoto komitmen adalah janji. Janji pada diri sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan. Karena itu, ketika seseorang mengucapkan komitmen/janji apalagi ke ruang publik, mesti sudah memikirkan apakah mampu menempati dengan melaksanakannya atau tidak. Kesediaan, kesanggupan dan komitmen melaksanakan atas hal-hal yang diucapkan, itulah makna janji, demikian Windy Novia S.pd.
Eksistensi dan esensi paket JOSS yang telah memenangkan kepercayaan dan mandat masyarakat harus meyakinkan masyarakat Nian Tana Sikka bahwa mereka bisa diandalkan agar kepercayaan masyarakat tetap terjaga dan meningkat. Jika paket terpilih (JOSS) berikhtiar dan mengikat diri dalam sebuah komitmen, kesetiaan dan mampu melaksanakan janji-janjinya serta menempatkan kepentingan masyarakat Nian Tana Sikka di atas segalanya, maka JOSS dapat diandalkan untuk selanjutnya. Dan itu berarti mereka telah “mati” terhadap kepentingan dirinya.
Masyarakat Nian Tana Sikka tentu kagum dan berujar: “Ini baru JOSS”! Pertanggungjawaban moral dan keadaban paket JOSS yang terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sikka periode 2024-2029 sedang ditunggu. Inilah harga termahal yang harus dibayar selain merupakan tantangan buat Bupati dan Wakil Bupati terpilih jika ingin terus dipercayai.
Pewarta: Yohanis Don Bosco.
Editor: Santoso.