
Teropongindonesianews.com
Banyuwangi, – Para petani di Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengeluhkan gangguan pada lahan pertanian mereka yang selalu gagal panen. Diduga, hal ini disebabkan oleh pencemaran dari tambak udang yang berada di sekitar area tersebut.
Keluhan ini disampaikan oleh para petani di Balai Desa Bimorejo. Mereka menyatakan bahwa sejak didirikannya tambak udang, lahan pertanian mereka menjadi tidak subur dan panen selalu gagal. Hal ini mengakibatkan kerugian besar bagi para petani, terutama mereka yang mengelola lahan di pesisir Bimorejo.
Salah satu aktivis sekaligus petani, Musta’in, mengatakan bahwa perluasan tambak udang secara berkala telah merugikan mereka karena selalu gagal panen. “Dulu kami pernah hearing dengan DPRD Banyuwangi dan mendapat informasi bahwa ijin tambak tersebut belum diperbaharui, namun tetap beroperasi. Seharusnya kan ditutup,” tegasnya.

Gangguan pada lahan pertanian diduga karena adanya rembesan air dari tambak yang mengandung kadar garam tinggi. Selain itu, tambak udang tersebut juga tidak memiliki Izin Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan berbagai pelanggaran lainnya.
Para petani bawang merah di sekitar tambak juga mengeluhkan bahwa tanaman mereka tidak pernah tumbuh subur dan mengalami kerugian terus menerus. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk menggali sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air di lahan pertanian, namun belum membuahkan hasil.
Akhirnya, ratusan petani yang terimbas mendatangi kantor kepala Desa Bimorejo untuk menyampaikan keluhan mereka. Kedatangan mereka disambut oleh kepala desa Bimorejo, Maksum, dan para pihak terkait, termassuk Abdul Gofar Perwakilan Dari Tambak Udang, dari pihak pemerintah, dan Kepala BPP kecamatan Wongsorejo Iyas.
Menanggapi keluhan para petani, kepala desa Bimorejo akan mencoba melakukan penyampaian kepada beberapa pihak, dimulai dari masyarakat. Diharapkan keluhan petani tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

Sementara itu, pihak tambak udang, dalam hal ini , akan mencari solusi dengan cara lain, seperti membangun pengaman.Dari hasil wawancara media Teropong Indonesia News, para petani menekankan kepada pengelola tambak agar menghentikan pengoperasian tambak dan menutup semua kegiatan tambak.
Hal ini juga disampaikan oleh Iyas, kepala Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Wongsorejo, yang menyarankan agar kegiatan tambak dihentikan sementara waktu sebelum menemukan solusi agar tidak merugikan petani.
Kepala Desa Bimorejo, Maksum, akan memfasilitasi kembali keluhan para petani agar bisa bertani kembali, walaupun nantinya tambak masih beroperasi. Pertemuan ini belum membuahkan hasil, namun diharapkan dapat menemukan solusi yang adil dan memuaskan semua pihak.
Kurniadi