Teropongindonesianews.com
Nangaroro – Nagekeo, Maraknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak menjadi sebuah bahan reflexi bagi kita semua untuk selalu waspada dan membentengi diri dengan bekal pengetahuan tentang bagaimana kita mencegah agar hal tersebut jangan sampai terjadi pada anak kita.
Kali ini saya kembali dipercayakan oleh Thomas Brata Suyaka dari Community Engagement and Sponsorship Programme (CESP) Wahana Visi Indonesia area program Nagekeo – Ngada (WVI AP NADA) untuk membawakan materi tentang kekerasan. Materi ini saya kemas begitu sederhana agar dapat dipahami oleh anak- anak.
Kegiatan yang berlangsung pada Senin, 24 April 2023 di balai desa Woewutu dihadiri oleh peserta Foratu, Yayasan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (YAKKESTRA), serta Pendamping Foratu.
Dalam penyajian materi, saya menjelaskan bahwa kekerasan adalah segala bentuk ancaman dan tindakan yang berakibat pada trauma fisik, psikis dan perampasan hak. Adapun bentuk- bentuk kekerasan: Pertama, kekerasan fisik yaitu penggunaan kekuatan fisik secara sengaja kepada anak yang kemungkinan memiliki dampak buruk terhadap keselamatan, kesehatan, perkembangan dan martabat anak.
Kedua, hukuman fisik adalah segala bentuk hukuman yang menggunakan kekuatan fisik termasuk memukul, menghantam, menampar, memecut dan dapat pula berbentuk tendangan, pengguncangan, pencakaran, pengigitan, pengurungan, serta memaksa anak untuk diam di posisi yang tidak nyaman, dibakar/ dijemur, atau memaksa menelan sesuatu.
Ketiga, kekerasan sexual adalah segala bentuk tidakan sexual, usaha untuk melakukan tindakan sexual, komentar sexual yang tidak diinginkan yang ditujukan terhadap seksualitas seseorang dengan paksaan, oleh siapapun terlepas dari hubungannya dengan korban, maupun latar belakang apapun yang terjadi melalui kontak fisik maupun non kontak.
Keempat, kekerasan emosional yaitu mencakup kegagalan dalam menyediakan lingkungan yang mendukung sehingga anak dapat mengembangkan kompetensi sosialnya secara menyeluruh dan stabil sesuai dengan potensi pribadi yang dimilikinya.
Kelima, penelantaran atau perlakuan lalai yaitu kegagalan dalam menyediakan perkembngan anak yng mencakup kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional, gizi, tempat tinggal, perlindungan sosial dan lain- lain.
Keenam, eksploitasi adalah memanfaatkan anak pada pekerjaan yang menguntungkan pihak lain termasuk prostitusi anak, perdagangan anak dan pelibatan anak dalam konflik bersenjata. Ketujuh, perundungan (bullying) adalah bentuk dari kekerasan fisik juga tindakan agresif dan melibatkan kekuasaan atau kekuatan yang tidak seimbang, misalnya lintas geografis, ras dan batasan sosial ekonomi.
Pada kesempatan tersebut juga, Yuli tidak lupa mengajak anak untuk bersama- sama mengidentifikasi tempat – tempat yang beresiko disekitar mereka dan tempat yang aman. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mereka tahu saat mana harus menghindarkan diri dari segala bentuk kekerasan. Dari hasil penggalian informasi anak, ada banyak tempat yang sangat beresiko terjadinya kekerasan seperti pantai, pasar/ pertokoan atau tempat keramaian, sungai, jembatan dan hutan sedangkan tempat yang membuat anak nyaman adalah rumah, sekolah, tempat ibadah, posyandu dan kantor polisi serta kantor pemerintahan lainnya.
Selain tempat, anak- anak juga sangat antusias menjawab bahwa orang disekitar bisa juga menjadi beresiko seperti orang asing, orang dengan gangguan jiwa, orang yang sangat emosinal, dan pemabuk. Sedangkan orang yang bisa memberikan kenyamanan kepada anak orang tua, guru, kerabat dan sahabat.
Sementara itu, Agustalia Kristanti staff lapangan Yakkestra menambahkan agar kekerasan tidak terjadi atau dapat dihindarkan maka harus mengenal tempat, orang dan bisa juga situasi yang beresiko. “Jangan sampai kalian sudah tahu bahwa tempat tersebut beresiko tetapi masih ngotot untuk nimbrung disitu. Kalian harus bijak. Segeralah menghindar atau menjauh.” Tegasanya lagi.
Kegiatan peningkatan lifeskill ini merupakan kegiatan rutin bulanan dengan materi yang variatif. Kegiatan ini banyak mendapat support dari Wahana Visi Indonesia dan YAKKESTRA. Materi kali ini diharapkan dapat menumbhkan semangat anak- anak untuk tetap berkompetensi meraih cita- cita tanpa adanya rasa takut sehingga generasi emas yang selalu didengungkan dapat terwujud.
Seperti biasa kegiatan Foratu juga banyak diselingi dengan ice breaking seperti permainan dan berbalas pantun untuk merecharge semangat suapaya anak tidak jenuh dengan materi yang dipaparkan.
Penulis : Yuli Gagari