Teropongindonesianews.com
Oleh : Yuliana Gagari Raja Pati Landomari
Penulis adalah Pendamping Forum Anak Desa Woewutu dan Wakil Ketua KP2AD
Forum Anak Desa atau disingkat FORADES kian santer diperbincangkan. Bukan tak beralasan untuk terus dipekikkan karena memang menjadi isu yang lagi trending topik adalah masalah- masalah anak. Sehingga tidak mengherankan jika akhir – akhir ini banyak postingan yang ber- unsur anak semuanya dikemas dengan baik agar anak tetap mendapat posisi aman dalam masyarakat alias tidak terabaikan hak- haknya. Kali ini saya mengangkat sebuah kisah inspiratif seorang anggota Forades Woewutu yang diharapkan bisa memotivasi anak- anak lain agar sepandai – pandainya mereka di sekolah dan mendapat nilai tinggi harus juga didukung dengan anak tersebut bisa “speak up” atau berbicara didepan publik.
Keberanian untuk berbicara didepan orang banyak tentu memiliki tantangan tersendiri bagi anak. Saat anak hanya berada dalam komunitasnya dan tidak berbaur dengan orang lain, mengikuti rapat – rapat dimasyarakat dari tingkat RT sampai Dusun bahkan Desa, saat itulah anak tidak memiliki keberanian untuk berbicara.
Akan tetapi jika dikenalkan, di ajak atau di undang untuk berpatisipasi dalam momen tersebut pasti mereka akan melihat, merasakan, dan mengetahui apa manfaat dari mereka mengikuti rapat, berbaur dengan orang banyak serta melihat tata cara dalam rapat tersebut.
Yunita Nago Wea atau biasa di sapa Yuni, gadis hitam manis yang kini berusia 17 tahun, anak dari pasangan Markus Roga (alm) dan Bibiana Wea, berasal dari Kolija, Desa Woewutu Kecamatan Nangaroro, disela kegiatan Forades baru – baru ini, mengatakan bahwa belakangan dirinya seperti mengalami perubahan drastis. Kepercayaan dirinya begitu tinggi dan lebih enjoy.
Penampilannya yang nyentrik meyakinkan anak –anak lain bahwa belajar tak seharusnya dengan kita hanya berada dalam ruang kelas, membaca buku, menulis, bercengkerama dengan teman akan tetapi belajar berorganisasi seperti ikut Forades tak kalah menantang dan sangat berbeda dari kegiatan lain.
Dia yang tercatat sebagai anggota Forades Woewutu teraktif mengakui bahwa manfaat yang dirasakannya sangat berdampak dalam kehidupannya. Bagaimana tidak sedari awal sebelum mengikuti Forades merasakan kecemasan yang amat luar biasa saat berbicara dengan orang banyak dalam momen rapat kelompok umat basis (KUB), atau ketika ibunya meminta untuk mengikuti rapat di tingkat RT.
Karena seperti yang saya saksikan sendiri Yuni, anak kedua dari 4 bersaudara, telah menjadi anak Yatim ketika dirinya masih duduk di bangku SD dan hanya dibesarkan oleh ibunya.
Tetapi terkadang ibunyapun sering sakit. Sehingga hal tersebut memotivasinya agar selalu tegar dalam hidup. Memang sangat berat dirasakannya saat dia bersanding dengan orang dewasa saat rapat, ada perasaan berkecamuk seperti malu, tidak percaya diri, takut dan lain – lain.
“Perasaan saya jadi sangat tidak nyaman. Saya hanya karena di amanatkan mama untuk ikut rapat. Karena kakak tahu sendiri, mama sering sakit, adik laki- laki tinggal bersama keluarga lain.
Terpaksa saya sendiri yang menjaga mama, mau tidak mau saya harus ikut mama.” Imbuhnya dengan mata berkaca- kaca. Saya terharu mendengar ucapannya dan tanpa sadar air matapun menetes. Dirinya mengakui bahwa setelah bergabung dalam Forades sama seperti mendapat sebuah keajaiban.
Dia semakin berani untuk berbicara, lebih percaya diri. “Saya merasa bahwa saya seperti seorang pemimpin. Tidak ada kekhwatiran sedikitpun. Apalagi dalam Forades saya dipercayakan sebagai Sekretaris, saya jadi tahu banyak tentang tugas yang saya emban.” Tambahnya lagi.
Karena perubahan itulah dia berinisiatif untuk terus mengajak teman- temannya walaupun tak semua ajakannya diterima tetapi dia tetap bersyukur bahwa masih ada yang mau belajar bersamanya.
Dia mengakui bahwa selain mendapat ilmu, teman, dan pemateri yang baik, ada kebanggaan lain yang dirasakannya juga yaitu banyak yang dilihatnya seperti teman sebaya yang masih malu- malu berbicara dengan orang banyak, setelah bergabung dalam organisasi ini mereka mengalami perubahan.
“Saya salut dengan teman- teman. Mereka sungguh luar biasa. Saya yakin untuk kegiatan selanjutnya pasti lebih semangat. Dan sepertinya kalau menjawab pertanyaan dari pemateri pakai antri karena saking banyaknya yang mau menjawab.
Tentu ini menunjukkan bukti bahwa Forades di bentuk tidak sia- sia. Kalau teman sekarang punya impian menjadi pemimpin maka disinilah tempat yang paling cocok untuk mewujudkan impian tersebut. Jadi silahkan bergabung, yah!” Ujarnya sembari tersenyum.
Sebagai pendamping Forades, saya juga menyadari bahwa mengajak anak untuk terlibat dalam forum anak tak semudah mengucap kata – kata. Terkadang banyak tantangan yang saya alami mulai dari penolakan masyarakat, serta persepsi buruk tentang saya. Memang terkadang tidak semua niat baik diterima oleh orang banyak akan tetapi jika kita terlena dan tidak melakukan sebuah perubahan kapan kita maju.
Sehingga prinsip inilah yang menguatkan saya dalam menjalankan tugas sebagai pendamping anak. Kegiatan Forum anak Desa Woewutu kini banyak mendapat support positif dari NGO seperti Wahana Visi Indonesia (WVI), DPMD dan Pemerintah Desa sehingga anak – anak termotivasi dan harapannya di masa mendatang mereka bukan saja pandai berbicara dan berprestasi tetapi menjadi insan yang kritis terkontrol, bertanggung jawab dan disiplin serta tetap mengedepankan etika yang baik. Karena generasi emas tumbuh dari sebuah proses belajar bukan asal jadi.
Bung Aan