Keluarga Besar Team 16 Sumenep Mengucapkan Bela Sungkawa atas wafatnya Ahmad Gusti Fathir Sultan Maulana

Teropongindonesianews.com

Sumenep – Ketua Team 16 Sumenep Moh Fandari SH beserta keluarga besar Team 16 mengucapkan bela sungkawa yang sedalam dalamnya atas berpulangnya ke Rahmatullah, *Ahmad Gusti Fathir Sultan Maulana* putra dari Bapak Agus Hermanto, S.Pd. SE. M.Si., Minggu (05/06/2022)

“Atas nama keluarga besar Team 16 Sumenep, Ketua dan Anggauta ikut berbela sungkawa, dan menyampaikan rasa duka yang sedalam dalamnya. Semoga Almarhum diterima di sisi Allah SWT. Juga keluarga yang ditinggalkan selalu diberi keikhlasan dan kebesaran jiwa,” Ucap Fandari.

Ahmad Gusti Fathir Sultan Maulana lahir di RSU Husada Utama Surabaya pada tanggal 16 September 2011 dengan saudara Kembarannya dan merupakan anak ke 3 bersaudara, dan hari ini Minggu 05 Juni 2022 meninggal dunia dalam usia 11 th pada hari Minggu 05 Juni 2022 karena sakit panas tinggi di Puskesmas Pandian Sumenep Jawa Timur, Pukul 13.30 WiB

Jenasah Almarhum Ahmad Gusti Fathir Sultan Maulana akan di kebumikan, Senin tanggal 06 Juni 2022 dipemakaman Pahlawan Pamolokan Sumenep.

Riwayat pendidikan Almarhum Ahmad Gusti Fathir Sultan Maulana, Paud/TK Bayangkari Polres Sumenep, dan SDN Pajagalan 1 kelas 4.

Semoga seluruh kebaikan Ahmad Gusti Fathir Sultan Maulana menjadi amal ibadah yang tiada henti bagi Almarhum dan seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan atas kepergiannya. Aamiin (Fans)

Continue reading
Tujuh Bidadari Desa Turun Dalam Acara Bersih Desa atau Sedekah Bumi

Teropongindonesianews.com

PATI – Desa Kudur hari ini melaksanakan acara bersih Desa.” Semua itu, karena rasa bersyukur para petani di Desa telah berlimpah ruah terkait hasil bumi semenjak covid-19 sirna diwilayah Pati.

Dua tahun masyarakat menanti acara ini.” Maka baru pada tanggal 4 juni 2022, kirab budaya di Desa Kudur kembali digelar serta dimeriahkan wayang kulit, hiburan organ tunggal dan pembagian doorprize serta dilanjut arak- arak gunungan dari hasil bumi.

Lanjut, ada sekitar 1000 warga masyarakat yang ikut memeriahkan acara bersih Desa atau disebut sedekah bumi.” kemudian sebelum acara dimulai semua warga masyarakat 3 dukuh berkumpul di balai Desa Kudur Untuk Persiapan keliling Dukuh.

Uniknya dalam acara ini.”ada tujuh bidadari Desa turun langsung memeriahkan bersih Desa dan juga sebagai bunga Desa yang paling cantik di acara tersebut, untuk para pejalan kaki melihat bunga Desa turun sangat diapresiasi berbagai kalangan terutama dari lampung dan kalimantan sampai mau hadir di kirab budaya di Desa Kudur.

Sementara itu, Kades Kudur bernama Wardoyo saat di wawancarai Awak Media di lokasi berkata bahwa kegiatan keramain ini terutama acara kirab budaya atau bersih Desa memang selalu digelar setiap satu tahun sekali.

Serta paling menonjol dikalangan masyarakat sekitar adalah menghormati adat istiadat Desa seperti mengelar wayang kulit pasti diutamakan, karena sudah termasuk tradisi nenek moyang Desa Kudur sampai turun temurun.

Wardoyo menambahkan untuk warga Kudur agar selalu tetap kompak dan guyub rukun bersama dan tetap memertahankan dan mengembangkan nilai nilai tradisional, seperti Sedekah Bumi yang merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat masih memegang adat karuhun yaitu selalu mengungkapkan rasa syukur sebagai pemberdayaan masyarakat dengan kearifan lokal,” ucap Kades Kudur.(Red)

Continue reading
KEARIFAN LOKAL DI ERA GLOBAL

Oleh :

Venansius Alfando Satrio Mahasiswa UNIKA St Paulus Ruteng

Pendidikan Bahasa dan Sastra

Teropongindonesianews.com

“Kearifan lokal merupakan ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Namun di era globalisasi ini, banyak dampak yang menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat dari yang khas atau bernilai budaya beralih ke modern.”

Istilah globalisasi tidak asing untuk didengar, istilah ini kerap muncul seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi.
Pengertian globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses di mana setiap orang di dunia terikat satu sama lain, baik dari segi adat, kebiasaan, ekonomi, budaya dan sebagainya.
Globalisasi terjadi hampir di segala bidang kehidupan. Oleh karena itu, selama globalisai berjalan setiap kehidupan masyarakat di dunia akan saling bergantung yang kemudian menciptakan tatanan hidup baru.

Di era globalisasi ini banyak perubahan pola hidup masyarakat yang lupa akan ciri khas dan nilai budaya yang diwariskan, bahkan hilangnya bentuk-bentuk kesenian tradisional atau kearifan.
Bagaimana masyarakat menyikapi dan mempertahan kearifan lokal di era global ini?

Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri (Wibowo, 2015: 17).
Dari pengertian di atas masyarakat harus menunjukkan serta mempertahankan indentitas dalam mengolah kebudayaan yang ada serta mampu mewariskannya kepada generasi-generasi bangsa, sebagai wujud cinta akan bangsa dan kekayaan budaya.

Ada beragam pandangan bahwa globalisasi dapat mengancam dan merusak tatanan kehidupan heterogenitas budaya lokal dengan mengabaikan keberagaman dan kearifan lokal untuk menuju pada universalitas. Kedua paham tersebut merupakan situasi yang dikotomi dan dilematis serta tarik menarik. Yasraf Amir Piliang (2005: 13), bila homogenisasi daya tariknya lebih kuat, maka budaya lokal akan terseret ke dalam arus globalisasi, sehingga dapat mengancam terhadap kesinambungan, eksistensi dan kehilangan identitas. Sedangkan bagi budaya lokal jika tidak mengadakan pengembangan, maka peluang penciptaan keunggulan budaya lokal tidak dilakukan, sehingga budaya etnik Nusantara justru dimanfaatkan oleh pihak luar yang punya kepentingan, berupa “pengambilan” lalu dimodifikasi serta disesuaikan dengan kepentingan ekonomi kapitalis global.

Globalisasi tanpa disadari telah membawa perubahan tata nilai di masyarakat. Perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya serta sikap dan pandangan yang telah berubah terhadap nilai-nilai budaya. Pengaruh global tanpa disadari telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan tata nilai budaya yang bergeser dalam kehidupan masyarakat.
Dampak globalisasi dan kemajuan di bidang teknologi komunikasi yang masuk secara tidak disadari membawa dampak terhadap identitas budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari luar. Khususnya hadirnya budaya asing itu bukan saja identitasnya menjadi besar, tetapi juga penyebaran berlangsung dengan cepat dan luas jangkuannya. Selain itu, terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak tethadap tata nilai yang ada dalm masyarakat.

Menghadapi era globalisasi, maka kita diharuskan mampu mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan budaya yang memiliki kearifan lokal/lokal genius. Oleh karena itu pentingnya memahami dan mengenal lebih dalam budaya-budaya daerah yang dimiliki serta mampu mengembangkan atau melestarikan karya-karya seni yang ada.

Menurut Sedyawati, ketahanan budaya diartikan sebagai kemampuan sebuah kebudayaan untuk mempertahankan jati dirinya, tidak dengan menolak sebuah unsur asing, melainkan dengan menyaring, memilih dan memodifikasi unsur-usur budaya luar sedemikian rupa sehingga tetap sesuai dengan karakter dan citra bangsa (Edi Sedyawati 2007:7).
Jadi untuk menghadapi pengaruh budaya asing, maka diperlukan kreativitas atau daya kreatif serta kritis untuk menghadapi dan menanggapi segala pengaruh dari luar.

Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita peluang untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Kearifan lokal sering kali diabaikan, karena pengaruh globalisasi yang membawa dampak, di mana banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, diabaikan, bahkan dilecehkan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari dan berusaha menemukan jati diri dari ketertinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Kita sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya justru mengabaikan asset yang terniali.

Untuk menjawab permasalah tantangan global, maka sangatlah penting mengembalikan kesadaran masyarakat betapa pentingnya memahami akan budaya yang dimiliki bangsa ini (Nusantara). Pentingnya pemberdayaan kearifan lokal yang menciptakan harmonisasi kehidupan yang tetap terjaga, serta sebagai penuntun untuk masyarakat agar selalu bersikap dan berperilaku arif terhadap lingkungan. Kearifan terhadap lingkungan dapat dilihat bagaimana perlakuan masyarakat terhadap benda-benda, tumbuhan, hewan-hewan dan apapun yang berada di sekitar. Perlakuan ini melibatkan penggunaan akal budi sehingga dari perlakuan-perlakuan tersebut tergambar hasil dari aktivitas budi atau kearifan lokal.

Selain itu, pentingnya menanamkan kepada masyarakat terhadap kearifan lokal tidak hanya masalah fisik, akan tetapi juga nilai-nilai budaya leluhur yang harus dilestarikan di dalam kehidupan bermasyarakat. Di mana kesadaran itu akan mengubah presepsi terhadap kearifan lokal dan kesadaran terhadap keuntungan memiliki kearifan lokal, bahkan mengarahkan masyarakat untuk melaksanakan kembali berbagai aktivitas yang merupakan bagian dari kearifan lokal. Sebab kearifan lokal dapat memperkaya kehiduapan masyarakat, serta memberikan pengalaman yang mendalam yang berkaitan dengan interaksi atau hubungan harmonis antar anggota masyarakat.

Adapun tantangan yang dihadapi masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal di era global ini, maka sangatlah penting adanya kesadaran bagi generasi muda untuk lebih memahami budaya yang dimiliki bangsa ini dengan menanamkan rasa nasionalisme terhadap kekayaan budaya.

 

Continue reading