Teropongindonesianews.com
Oleh : Yuliana Gagari Raja Pati Landomari
Forum Anak Desa (FORADES) Woewutu melaksanakan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Forum Anak Desa (FORADES) yang berlangsung di balai desa woewutu. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari yaitu Sabtu dan Minggu (26-27/11/2022). Terselenggaranya kegiatan ini atas kerja sama Pemerintah Desa, pendamping Forum anak, BPD, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD). Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut adalah siswa SD, SMP dan SMA yang selama ini aktif dalam kegiatan Forades. Keikut sertaan mereka juga sebagai bentuk kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan di masa mendatang.
Hadir dalam kegiatan tersebut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Woewutu, Daeng Dahlan, S.Pdi, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Vinsensius Je Mbupu, SKM, Wartawan MetroTV Ignas Kunda, serta anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Woewutu.
Vinsensius dalam paparan materi pertamanya menjelaskan bahwa forum anak sebagai wadah partisipasi bagi anak yang dikelola oleh anak- anak dan dibina oleh pemerintah. Tujuannya adalah mengkomunikasikan pemenuhan hak dan kewajiban anak, media komunikasi organisasi anak, menjembatani pemenuhan hak partisipasi anak, sarana pengembangan bakat, minat dan kemampuan anak dan media kompetisi prestasi anak. Dia menambahkan bahwa ada banyak manfaat yang didapat dari forum anak yakni oleh anak sendiri, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Salah satunya adalah kecerdasan sosial anak terasah. Anak lebih fokus belajar, proaktif dan memiliki resiliens yang tinggi. Intinya kita mengikuti kegiatan forades jangan setengah- setengah, tegasnya lagi. Yang tak kalah menarik juga adalah saat Vinsensius menyajikan materi tentang Kepemimpinan dalam organisasi dan Public speaking. Penyajian materi yang lugas dan menyenangkan tentu menjadi penyemangat anak saat berada dititik jenuh. Pada sesi ini dia menjelaskan secara detail tentang gaya kepemimpinan otoriter (memaksakan kehendaknya kepada bawahannya), Demokratis (menghargai dan menghormati pendapat orang lain), Liberal (tidak memiliki pendirian yang tetap), dan yang terakhir Laizzes Faire (memimpin kelompok bebas nyaris tanpa aturan dan arahan). Tak lupa juga dia menyinggung tentang gaya kepemimpinan versi Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah memberi motivasi), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Diapun menegaskan bahwa seorang pemimpin juga harus memiliki kemampuan membaca, menulis dan berbicara. Dan ketiga hal ini merupakan modal agar kita tidak menjadi bahan tertawaan dalam masyarakat nantinya karena ketidak tahuan kita dalam tiga hal tadi. Selain itu motivasi dari diri sendiri juga sangat berperan dalam pembentukkan karakter untuk menjadi pemimpin.
Beberapa anak dalam kesempatan tersebut diberi ruang untuk berpublic speaking. Ada yang menjadi MC, berpidato, berpantun, bercerita dongeng, dan masih banyak lagi yang lain. Mereka sangat antusias. Devina, salah seorang pengurus Forades dari Divisi pengembangan organisasi dan hubungan antar lembaga mengatakan bahwa sejak awal dirinya tidak pernah membayangkan akan bisa berbicara didepan teman- teman seperti sekarang. Saya benar- benar memahami bahwa melalui kegiatan ini, mental saya semakin terasah dengan baik, ujarnya lagi. Hal ini juga diakui oleh temannya, Yuni, Arlin, Mitha, Febi dan Edel yang masing – masing punya porsi kerja dalam kepengurusan Forades.
Di hari kedua peserta Forades bersama Ignas Kunda yang membawakan materi tentang literasi digital “Menjadi Jurnalis Muda” menjelaskan tentang Jurnalis atau wartawan adalah orang yang melaporkan berita berdasarkan fakta dilapangan. Agar berita ini memiliki kualitas dan memikat pembaca/ pendengar maka harus memiliki setidaknya unsur 5 w (what, why, when, who, where) + 1 h (how). Hal lain yang harus diperhatikan adalah dalam penulisan berita tidak mengandung Hoax atau berita bohong. Berita yang baik harus memiliki struktur yang jelas seperti judul, teras berita/ lead berita, tubuh berita/ isi berita dan kaki berita. Dia menambahkan bahwa masih banyak sekali yang memuat berita hoax, dan tidak mempertimbangkan etika. Padahal seorang jurnalis atau wartawan harus mengedepankan etika dalam menulis berita. contohnya jika ada kasus pemerkosaan atau kekerasan terhadap anak identitas korban dipublikasikan secara terang- terangan dan ini jelas sangat melanggar kode etik jurnalis. Berita yang diposting hendaknya
memperhatikan etika: menyampaikan kebenaran, loyalitas kepada masyarakat, disiplin dalam verifikasi, independen terhadap narasumber, pengawas independen terhadap kekuasaan, menyediakan ruang untuk kritik dan kompromi dari masyrakat, berjuang membuat hal penting menjadi relevan dan menarik, berita komprehensif dan proporsional serta mendengarkan hati nurani.
Pada akhir sesi juga Ignas tak lupa berpesan agar anak- anak Forades harus banyak berliterasi agar wawasan semakin luas serta kemampuan berkomunikasi baik. Sementara itu ketua Forades Woewutu Waldetrudis Azi Dasi menghimbau teman- temannya agar bisa menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari- hari agar bisa menjadi generasi yang maju. Sementara itu, Daeng Dahlan yang akrab di sapa Dadang sangat mengapresiasi kegiatan ini sehingga di tahun mendatang kegiatan ini harus dilaksanakan agar anak – anak lain juga bisa belajar.
“Melihat kemampuan berbicara mereka, saya sepertinya terharu dan bangga karena selama ini saya hanya membayangkan anak- anak ini tidak percaya diri bahkan tidak sanggup untuk berbicara banyak tetapi hari ini mereka benar- benar sangat berani.” Ujarnya lagi. Oleh karena itu dia mengharapkan agar pendamping Forades harus tetap semangat dalam membimbing mereka sehingga dalam momen formal seperti Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes), partisipasi Forades sangat diharapkan untuk keberlanjutan kegiatan.
Pendamping Forades juga mengharapkan ada dukungan dana agar beberapa program unggulan tidak mandek tetapi berlanjut sampai kapanpun. Dari kegiatan ini diharapkan para peserta bisa menjadi magnet untuk menjadi pelopor bagi teman lain dalam merealisasikan materi yang telah banyak didapat.
Bung Aan